Kaya Wawasan (2)

Sebuah perjalanan menyimpan banyak cerita. Berawal dari rumah saat koper-koper diturunkan dari atas lemari. Lalu pakaian yang diperlukan segera memenuhi koper tersebut. Berikut segala keperluan, seperti alat sholat, sanitary items, make up stuff, printilan obat-obatan, bahkan mainan dan buku bacaan. Sekompleks itu bawaannya. Seringkali kami juga menyertakan selimut dan bantal jika perjalanan lebih dari sehari. 

Begitu pula saat mudik. Barang-barang akan sangat banyak yang dibawa di mobil. Tidak hanya keperluan kami sekeluarga, namun juga oleh-oleh untuk keluarga dan sahabat di kampung halaman. Kadang juga nyempil stoples cookies buatan sendiri untuk berlebaran di kampung. 

Saking banyaknya kami jadi perlu tiga hari persiapan mudik. Dan ini membawa kami kepada pembelajaran penting lain bagi anak-anak. Yaitu belajar menyusun rencana, termasuk menyiapkan plan B dan plan C. 

2. Berlatih menyiapkan sebuah perjalanan.
Anak-anak sudah terbiasa dengan daftar panjang bawaan yang perlu diangkut saat mudik. Mereka saya latih bertanggungjawab atas kebutuhan sendiri selama di jalan maupun di kampung nanti. Positifnya, mereka paling tahu kebutuhan sendiri, juga bisa belajar efisiensi. Berhubung koper itu tidak mungkin memuat selemari barang mereka, jadi harus memilah, baju apa saja yang diperlukan. Jilbab mana yang bisa compatible dengan segala warna dan model pakaian. Pun juga sepatu. Dipilih yang matching dengan banyak situasi. Susahnya, sering saya dan anak-anak engga seia sekata tentang benda yang penting. Apa yang penting menurut mereka, seringnya adalah benda remeh yang gak apa kalau ditinggal, menurut saya. Ini momen yang berat. Saat saya menghela nafas dan berdamai dengan mobil yang disesaki barang. Fiuhhh... 
Tentu saja ntar saya akan mengajarkan mereka tentang barang yang perlu banget dan yang tidak perlu-perlu banget. Tapi yaaa... Butuh tahunan menceritakan ini ke anak-anak. Pas mereka udah besar, tahu-tahu mereka udah semakin simple dan tidak terlalu terikat dengan mainan atau barang di kamar mereka. 

3. Belajar menetapkan tujuan perjalanan. 
Bagi anak-anak, mudik punya point of view yang berbeda orang dewasa. Bagi saya dan suami, pulang saat lebaran bermakna berkumpul dengan keluarga besar dan menikmati waktu bersama sebanyak-banyaknya. Mumpung lagi ngumpul, gitu kira-kira. 
Bagi anak-anak juga tetap sama sih.. mereka menantikan momen bersama sepupu. Mereka akan beli es krim bareng, main kembang api di halaman atuk yang luas, atau berenang di kolam ikan samping rumah. Tapi mereka juga mengharapkan bisa pergi ke satu atau dua tempat wisata. Yang mana ini adalah hal rada sulit dilakukan saat lebaran. 
Situasi pertama dimulai di pagi hari. Ketika pintu rumah dibuka, dan kami bersiap untuk berangkat. Biasanya ada aja tamu yang datang. Ya namanya juga lebaran, pastilah tamu berdatangan selama tiga hari atau kadang lebih. Nah jika serombongan tamu udah datang biasanya akan berangkai-rangkai dengan tamu berikutnya. Belum lagi tamu tersebut adalah keluarga atau sahabat yang dirindukan. Habis sudah berjam-jam.berlalu dengan tawa ceria yang tidak berkesudahan. Menyisakan anak-anak yang mengalihkan aktivitasnya ke sekitaran rumah, akibat gagal main ke tempat wisata. 

Comments

Popular posts from this blog

life is never flat

17 Agustus bersama Playschooling Tomat

Cerita Ramadan 2024 - Hari Ketiga