Kadang Dadakan



Perjalanan mudik selalu merupakan perjalanan yang well-planned. Tinggal harinya doang yang kadang agak geser-geser, mengikuti situasi kantor suami. Tapi itupun udah ketahuan range waktunya. Biasanya di pekan terakhir bulan Ramadan. 

So, sudah tahu kondisi, waktu dan gimana-gimananya di jalan dan di tujuan. Ini bikin bersiap jadi mudah. Bahkan kami sudah mulai menumpuk bawaan tiga hari sebelum waktu mudik. Demikian juga jenis bawaan yang ada, udah template banget deh. Persiapan mudik ini juga berlaku untuk perjalanan yang sudah direncanakan jauh-jauh hari. Ini biasanya kalau jalan-jalannya memerlukan paspor.. ahaha. Ya kali pergi keluar negeri dadakan.

Tapi dalam keseharian, perjalanan kami tidak selalu direncanakan matang-matang sebelumnya. 

Situasi pertama. Kepengen liburan, waktunya dadakan ternyata leluasa, tapi blom tahu nih mau kemana. Situasi ini pernah beberapa kali kejadian. Saya lalu mengepak barang-barang dasar ke mobil. Mencakup pakaian, toiletries, pakaian sholat, beberapa novel dan buku berjendela, sejumlah cemilan dan air minum, beberapa pashmina bantal dan selimut, serta obat-obatan. Ini yang pastinya bakal diperlukan di tiap perjalanan kami. Setelah siap, kami segera meluncur dengan yakin di jalan tol. Keraguan baru muncul ketika kami berada di persimpangan. Apakah akan berbelok ke jalur Cipularang atau tetap lurus yang berarti kami melaju hingga Cipali. Andai Cipularang, besar kemungkinan kami akan menginap di rumah kakak sepupu di perbatasan Cimahi. Karena beliau akan sangat gembira jika kami bermalam di rumahnya. Kecuali jika anak-anak pengen banget nginap di hotel, kami nyaris selalu di Cimahi. Terus jika di Bandung, ada terlalu banyak tujuan yang mau dicapai. Setelah puas ngobrol segala macam dengan kakak, kami bisa main di tengah kota Bandung. Lalu makan, beli bolen dan brownies kukus, terus pulang. 

Andai kami memilih lurus lalu memasuki tol Cipali, bakal berkembang banyak sekali kemungkinan terbuka. Kami bisa menuju Semarang lalu menghabiskan waktu tiga hari di sana. Atau ke Cepu, lanjut main ke Malang, atau langsung menuju Jogja dan nginap tanpa ada rasa pengen balik ke Jakarta.. hahaha. 

Anak-anak menyikapi jalan dadakan semacam ini dengan datar saja. Entah karena keseringan jalan model begini. Atau mereka terlalu percaya bahwa kemanapun kita pergi, kenyamanan mereka adalah prioritas utama. Lets say bahwa saya menaruh bantal dan selimut yang banyak. Lalu di jangkauan mereka juga ada novel favorit yang tidak bosan dibaca belasan kali. Terus setiap sekian kilometer, kami akan berhenti dan berbelanja cemilan. Praktis selama di jalan mereka ngemil sambil ngobrol, atau ngemil sambil baca buku, atau ngemil sambil menatap keluar jendela mobil. 

Tapi ada kalanya kami pergi dadakan tanpa bisa menyiapkan bawaan dasar yang seharusnya ada. Kami pernah literally melompat ke mobil dan melaju terus tanpa bisa singgah beli cemilan. Tidak ada buku atau bantal, juga tidak ada bahan main bareng. Oh ya dengan catatan sih, karena baju ganti anak-anak selalu standby ada di mobil sepanjang waktu. 

Waktu itu, keponakan kami yang baru saja kuliah di Bandung, tetiba menderita sakit langka. Ia segera dibawa ke rumah sakit, dan kami yang kaget tidak bisa mengulur waktu, selain secepatnya sampai di sana. 

Ini tidak nyaman bagi anak-anak. Saya tahu itu. Tapi kami kemudian belajar bareng banyak hal dari kejadian itu. Karena setiba di rumah sakit, kami lalu segera berbelanja kebutuhan di rumah sakit. Seperti tissu, baju ganti ayah yang akan berjaga di sana semalaman, sandal jepit, dan banyak hal lain. Anak-anak tidak bertanya kemana kami nginap jika ayah harus di rumah sakit. Sebab udah jelas kami akan ke Cimahi. Terus mereka juga tahu bahwa saya akan menyiapkan kebutuhan dasar mereka dengan baik. Kami lalu belajar tentang trust. 

Anak-anak percaya bahwa saya akan menjaga mereka, dan saya percaya bahwa anak-anak akan berjuang  bersama melewati waktu sulit kami. 

Tetap saja, sekacau apapun situasinya, kami tengah belajar bersama. 

Comments

Popular posts from this blog

life is never flat

17 Agustus bersama Playschooling Tomat

Cerita Ramadan 2024 - Hari Ketiga