Kaya Wawasan (3)



Lanjutan dari cerita Part 1 dan Part 2 bahwa anak- anak saya, bahkan sudah belajar hal baru sejak kita belum meninggalkan rumah. Mereka belajar menerapkan skill menyiapkan sebuah perjalanan. Mulai dari menetapkan tujuan dan kebutuhan selama di jalan. 

Oh iya, menentukan tujuan ini penting banget dibahas di awal. Karena ia akan mewarnai suasana hati kita menjalanainya. Sekaligus buat mengontrol ekspektasi. Bayangkan kalau sedari awal, saya mudik dengan niat makan sate danguang-danguang sebanyak 5 kali. Eh ndilalah pas nyampe kampung, sayanya sakit perut mulu, ya bubar jalan dong plan makan satenya. Jadi pas balik ke rantau, masih terngiang-ngiang tuh aroma sate yang sedang dibakar.. hahaha... 

Jika pada orang dewasa, kontrol ekspektasi itu perlu, apalagi buat kanak-kanak yang berpedoman bahwa segala janji itu kudu dipenuhi. Kita pun dulu juga gitu khan pas masih kecil. 

Nah untuk antisipasi betapa beragamnya kemungkinan yang ada di saat mudik, saya meminta anak-anak menurunkan ekspektasi. Ini sebenarnya panjang obrolannya, bisa seharian penuh ngebahas apa yang akan kita lakukan selama di kampung halaman. 

Nah lanjut selama di jalan mudik dan selama di kampung, mereka beneran menuai banyak wawasan baru. Seperti di poin 1 kemaren lusa, bahkan saya engga tahu apa kepanjangan kapal roro. Juga tidak tahu kenapa disebut kapal roro. Padahal tiap tahun saya mendengar sekilas dari laporan mudik di televisi. Anak- anak lalu belajar geografi, tentang pulau, selat, provinsi-provinsi yang kami lewati dan juga segala keunikan yang ada di dalamnya.

Ketika masih kecil, mereka tertarik dengan aneka hewan yang melintas di mobil, atau bunga yang tumbuh di sepanjang jalan. Lalu setelah beranjak agak gedean dikit, mereka tertarik kenapa di sini banyak singkong sementara di sana penuh kelapa sawit. Atau kenapa ada daerah yang rumahnya pasti bertingkat semua, atau setidaknya ditopang tiang panjang (maksudnya rumah panggung). Ketika mereka bertanya tentang perkara rumah panggung ini, saya balik bertanya, apa ciri lingkungan yang menyertainya? Mereka lalu melihat lebih cermat. Oo ternyata daerah yang kami lintasi itu adalah daerah sepanjang aliran sungai besar. Mereka langsung bisa connecting the dots. Tanpa terasa ditengah perjalanan ada proses analytical thinking yang tengah berlangsung. 

Ini hanya satu hal. Ada banyak aspek sosiologi, biologi, antropologi dan imajinasi berkesiur di dalam mobil. Yang bikin tambah seru adalah, situasi bareng-bareng dalam mobil selama dua hari membuat kami bisa intens ngomongin apapun. 

Pengalaman ini yang membuat saya menjadikan perjalanan sebagai salah satu cara agar anak kaya wawasan. 

Perjalanan membuat kita membuka mata waspada, keluar dari kenyamanan kamar dengan setelan ac 18° celcius, dan bersiap menerima hal tidak terduga. 

Seperti halnya betapa tidak terduganya tempat makan berikutnya, apakah berhenti di rumah makan yang pas dengan selera kita. Atau malahan akan bertemu olahan rasa yang sama sekali baru. 

Comments

Popular posts from this blog

life is never flat

17 Agustus bersama Playschooling Tomat

Cerita Ramadan 2024 - Hari Ketiga