Aliran Rasa Komunikasi Produktif

Usai lulus kuliah, saya kehilangan arah. Bingung mau ngapain. Rumah kami yang di tengan sawah lah yang menyibukkan saya. Setelah selesai masak sarapan dan beberes rumah, saya pun pindah mengurus kebun bunga dan tanaman di sekeliling rumah. Tapi kebun kami yang kecil tidak cukup menyibukkan saya. Menjelang siang, saya sudah kehabisan pekerjaan.

Saya pun berpindah ke jendela, duduk menunggu mama pulang mengajar.
Rasanya waktu melambat, merangkak amat pelan. Sedikit gusar pun singgah. Padahal sebenarnya kalaupun mama pulang, juga nggak ada apa-apa. Tapi saya merasa lega aja kalau semua anggota keluarga lengkap berkumpul di rumah.
Begitu mama terlihat nun jauh di sana, berjalan pelan meniti pematang sawah. Sebongkah lega pun hadir.

Kenangan ini yang sungguh mengkhawatirkan saya saat memutuskan resign.
Kecemasan ini sudah berulang kali dibahas sama suami. Jawaban suami yang lugas sungguh nggak melegakan saya.

"Nggak lah, bunda nggak akan seperti itu."

Suami mah yakin sekali... tapi kok saya nya yang nggak yakin dengan diri sendiri. Kecemasan saya bukanlah karena ribetnya urusan rumah setelah mbak ART diputuskan beristirahat dulu pas saya resign, bukan juga karena saya cemas akan kehilangan persahabatan teramat seru di kantor. Yang saya khawatir adalah saya bakal nelpon suami setiap saat, kirim pesan via whatsapp sesering uang saya bisa dan juga bakal nyuruh-nyuruh pulang mulu. Saya khawatir kalau saya ngerecokin suami saat bekerja dengan pesan-pesan yang nggak penting.

"Gimana kalau whatsapp kelak isinya bukan menyapa penuh sayang lagi, gimana kalau bunda jadi bawel?"
Suami sih selalu saja jawabnya sama.
"Enggaklah.. bunda akan baik-baik aja, komunimasi kita juga akan baik-baik saja."

"Gimana kalau bunda nggak mau kalau ayah pergi kerja, gimana kalau bunda nelpon terus-terusan."
Suami memandang saya, speechless, bahkan sebelum beneran resign aja udah mulai bawel.. hihihi

Sesungguhnya materi komunikasi di Institut Ibu Profesional ini membuat saya baper sangat, jadi keingat lagi kalau materi ini yang menyelamatkan saya dari pola komunikasi yang buruk dengan suami. Perbedaan latar belakang kami berdua nan ekstrim dan juga karena tidak sempat kenalan banyak sebelum menikah membuat kami tertatih-tatih di awal menikah. Praktek komunikasi produktif telah mengubah cara pandang saya.

Kini, setelah lama waktu berlalu, materi Komunikasi Produktif yang saya dan teman fasil sampaikan di kelas Bandung 1 kembali menolong saya di saat yang tepat. Meski sesungguhnya materi komunikasi ini sudah dibaca berulang-ulang, sudah pernah via webinar, kulwapp, baca resume, juga catatan diri sendiri pasca mempraktekkan ilmu komunikasi, namun pas dibaca ulang tetap 'nampar' 😊

Sebelum menyampaikan materi ini di Bandung, saya terlebih dahulu diingatkan lagi. Setiap poin di dalam materi menampar saya. Membuat saya teguh dan terhindar dari kemungkinan "meneror" suami 😁
Ternyata setelah benar-benar resign, yang saya khawatirkan nggak terjadi. Saya bukan lagi gadis kecil di tengah sawah yang dulu suka galau 😊

#komunikasiproduktif
#aliranrasa
#bundasayangIIP

Comments

Popular posts from this blog

17 Agustus bersama Playschooling Tomat

Buka Puasa Part 2 di Komala Hadi, Bersama Sanggar Tari Syofyani

life is never flat