Jilbab Merah Kakak


"Kakak nggak mau lagi pakai jilbab putih Nda, semua teman pakai jilbab merah."

Hari ini adalah jadwal baju olahraga, jilbab pasangan untuk baju seragam Atya rusak tak tertolong karena kegilas dan nyangkut di roda sepeda.
"Jilbab Atya besok-besok yang ini aja Nda."
Ujar Atya saat kejadian itu seraya menyodorkan jilbab merah yang lain. Memang bukan seragam sekolah tapi masih berwarna senada. Kejadian itu sudah lama berlalu, saya menerima kesimpulan cerita ini karena Atya tidak mau cerita lebih lanjut. Semua berjalan normal sejak hari itu hingga jilbab merah Atya itu ketinggalan di angkot. Saat itu, kita dalam satu perjalanan, Atya melepas jilbab kegerahan lalu ujung-ujungnya tertinggal di angkot.

Pagi ini pun jadi penuh drama.
Saya mengingatkan Atya perihal konsekuensi dari kemaren pakai seragam saat main sepeda di rumah. Saat mengajak Atya mencari jalan keluar, Atya masih diam saja.
Saya menata nafas.
Kita sudah terlambat ke sekolah.

Setelah lima menit.
"Dulu itu kejadian sebenarnya."
Atya kembali terdiam.
Saya menaruh cangkir, bersiap menyimak curahan selanjutnya.
"Yang rusak itu jilbab adek."
Saya terhenyak.
"Sebenarnya Nda, iya sih kakak yang salah, adek lari ke kakak sambil bawa jilbab eh nyangkut di sepeda kakak. Kakak yang salah, jadi waktu itu kakak pikir adek pakai saja jilbab kakak, kakak kan punya jilbab merah."
Saya kehilangan kata.
"Tapi kini kakak lelah Nda.. kakak mau pakai jilbab kakak lagi."
Air mata saya merebak mendahului kata.
Ifa tiba-tiba ikut bersuara.
"Adek sekarang mau pakai jilbab putih Nda, Adek kembalikan jilbab olahraga kakak."

Derai air mata tumpah pagi tadi. Materi komunikasi produktif adalah materi lama yang berkali-kali saya baca. Materi ini juga yang mengubah cara saya, membuat komunikasi dengan suami menjadi jauh lebih indah. Materi ini juga awalnya yang membuat saya suka dengan Institut Ibu Profesional. Bahkan saya secara langsung berterima kasih pada pak Dodik dan Bu Septi karena sudah merangkum materi ini. Materi keren yang mengubah pola hubungan saya dengan suami hingga sekarang jadi seindah ini. Semua karena saya mempelajari komunikasi produktif.

Pagi ini saya ditampar keras oleh materi ini, ditatap dua mata polos yang memandang saya kebingungan karena berurai air mata.
Duhai... betapa saya gagal. Saya memang mendengar Atya.. selalu mendengar. Saya akan meninggalkan apa saja untuk menyimak setiap kata dari Atya dan Ifa. Namun saya gagal mendengarkan yang tersirat. Padahal saya sudah tahu kalau Atya, si gadis cilik berhati hangat, akan menyembunyikan segalanya asalkan adik bahagia.

Hari ini.. biarlah saya mulai kembali. Penataan komunikasi keluarga akan saya mulai dari hati. Iya, saya seharusnya lebih peka.

#komprod_T10H_day1_YesiDwiFitria_Jakarta
#day1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayIIP

Comments

Popular posts from this blog

life is never flat

17 Agustus bersama Playschooling Tomat

Cerita Ramadan 2024 - Hari Ketiga