Tentang Keinginan vs Kebutuhan

Saya kira, udah cukup mengajarkan anak-anak tentang wisdom perbelanjaan rumah tangga. Sebab sejak mereka kecil sudah ada aturan-aturan keluarga tentang masalah belanja. Pergi ke mall dalam konsep keluarga kami, bukanlah kategori rekreasi. Kalau jalan-jalan mah keluar kota, terus shopping di Malioboro. Eh itu mah sama aja jadinya yah 

Hahaha... 

Gini, gini.. jika ada niatan mau keluar buat belanja, segalanya mesti well planned. Pertama-tama perlu tahu dulu nih mau beli apa, terus ditimbang-timbang perlu beli atau engga. Apakah beneran butuh atau hanya kepengen saja. Ini beneran kami praktekkan sejak anak-anak masih balita. Ketika mereka minta beli majalah, saya beneran hanya menuju satu tempat selama di mall. 

Terus pulang.  Apabila ada sesuatu yang menarik, saya akan ikutan mengapresiasi. Tapi tidak lantas dibeli, melainkan masuk ke agenda belanja berikutnya. Dengan catatan, kalau emang butuh. Anak-anak lalu tumbuh dengan style belanja seperti ini. Jarang sekali yang impulsif tetiba beli sesuatu yang di luar rencana. Terutama jika beli sesuatu yang harganya dua digit. Ini bisa banyak proses perbandingan harga kesana kemari. Juga perlu dibahas segala aspek. Dari segi bahan, efisiensi, lalu ujung-ujungnya bakal balik ke butuh sekarang apa nanti-nanti aja. 

Etapi ini bukan berarti kami tidak having fun dong ya. Ada banyak waktu kami nongkrong minum coklat di tempat cozy, atau sengaja pergi jauh-jauh ke suatu tempat buat makan pizza saja. Kita juga bisa sering-sering bikin acara di rumah, yang budget persiapannya sama dengan biaya dapur dua minggu. Anak-anak tahu kok kalau kita bisa banget bersenang-senang.

Tapi terhadap beli barang-barang, ada klausul tersendiri. Panjang lah urusannya. 

Sebenarnya ini bukan tentang pelit atau perhitungan.. haha.. sama mah ini. 

Pertama, karena nyari uang itu susyah.. hiks . Iya kan ya.. karena kami kaum medioker. Jadi perlu kerja keras mengumpulkan setiap keping uang. Jadi ya sayang aja jika uang yang didapatkan, dibelanjakan dengan sembrono. Alangkah baiknya jika setiap pengeluaran merupakan sesuatu yang memang sewajarnya, dan memperbaiki kualitas hidup kita. 

Terus yang kedua, ada level prioritas. Hidup bukan saja tentang memenuhi kebutuhan terhadap benda-benda. Namun ada komponen pengeluaran lain yang juga harus dianggarkan setiap bulannya. Yang kalau dijumlahkan bisa jadi jauh lebih besar dari pengeluaran yang sifatnya pangan, sandang atau benda-benda lain dalam rumah. Pengeluaran di bidang pendidikan misalnya. Biaya sekolah dan segala yang terkait dengan keperluan sekolah, lumayan gede loh. Belum lagi kesehatan, dana sosial, membantu keluarga besar, tabungan, dan banyak pos pos lain. Semuanya tidak boleh diabaikan demi melihat barang bagus di etalase. 

Ohiya, ini mungkn karena kami masih keluarga berpenghasilan rata-rata. Beda kali yah kalau yang uangnya yang kehitung lagi. Hiks.. segala tulisan ini bisa jadi engga relevan sama sekali. 

Lantas yang terakhir, ini tentang efisiensi. Seberapa butuh pada barang tersebut? Apakah ada benda yang memiliki fungsi sama di rumah? Ataukah ini hanya kepengen engga jelas? Lalu apa yang dilakukan saat barang itu tidak lagi dipakai, apakah bisa didaur ulang? 

Pertanyaan terakhir ini kadang jadi bikin anggaran membengkak loh. Saat kemaren itu kami mau beli kasur. Saya request ke suami untuk beli kasur yang mahal. Alasannya, saya tidak bisa mendaur ulang kasur. Jadi kasur mestilah bertahan sangat lama. Pun demikian pula dengan benda lain di rumah. Seperti sepatu, baju, tas, dan juga parfum. Pada akhirnya, uang yang dibelanjakan jadi lebih banyak sih ya.. hihi.. 

Nah balik ke anak-anak. Di jaman smartphone kini ada ruang belanja segala. Yang artinya, kita engga perlu ngemall lagi buat window shopping. Anak-anak jadi punya banyak keinginan. Ya wajar memang, siapa sih yang ngga suka dengan barang-barang fancy. Saya juga suka masukin ke keranjang belanja. Tapi nanti dibahas lagi, mana yang butuh atau sekedar lucu aja. Saya berharap segala bekal memilah butuh vs.ingin ini akan membentengi anak-anak dari godaan belanja yang susah dihindari. 

Comments

Popular posts from this blog

life is never flat

17 Agustus bersama Playschooling Tomat

Cerita Ramadan 2024 - Hari Ketiga