Kisah Keempat Pandemi: Hal yang Baru

Saya terpikirkan ibu-ibu di kantin sekolahnya anak-anak. 

Di deretan booth jajanan itu, pertama-tama ada booth favorit anak-anak. Di sana ada semua makanan yang tidak bisa ditolak, ada puding jelly, bakso goreng, nugget, pentol ayam, mie dan banyak lagi. Di sebelahnya ada penjual soto dan lontong sayur. Nah lanjutt kembali ada booth favorit berikutnya, yang menjual segala minuman dingin. Ia akan dikerumuni di segala waktu. Entah kenapa kedua putri saya suka es di sepanjang waktu. Beda sama bundanya yang suka teh hangat. 

Banyak lagi tempat jualan kesukaan anak-anak. Mungkin penjualnya sudah melakukan survey pasar dulu, terhadap makanan yang disukai anak.

Tak kurang dari 100 jenis makanan ada di sana. Dan tidak hanya kesukaan para murid, juga ibu bapak yang menunggui anak di sekolah bisa jajan juga. Saya sendiri suka makan bakwan malang tanpa dikasih kecap atau sambal. Rasanya kuah kaldu gurih jadi ketutupan saos dan kecap. Jadilah saya suka duduk di depan booth Bakwan Malang tiap kali menjemput anak-anak. 


Kini suasana riuh di sepanjang kantin itu telah lenyap. Saya tebak kantin itu sudah diterpa angin dan kesenyapan saat ini. Lalu gimana nasibnya para penjual di sekolah. 


Saya kira, pandemi adalah situasi dimana perjalanan nasib menemukan cabang-cabangnya. 


Ada yang mungkin beralih profesi menjadi suatu yang lain. 

Bisa jadi juga mudik ke kampung halaman, karena gagal menyesuaikan diri dengan pagebluk kali ini. Lantas pulang dengan harapan bahwa tanah kampung halaman akan menghibur kesusahan yang sedang dialami.


Sebagian dari mereka saya yakini telah beralih strategi. Ibu penjual bakwan malang bisa jadi telah mengemas isian mangkok dalam kotak plastik dan menjualnya secara online. Demikian juga ibu catering yang telah sekian tahun membawa ratusan kotak makan siang anak sekolahan. Saya tahu mereka berganti kini dengan memasak lauk pre order. Dan kemudian menjualnya ke para wali murid dengan mengandalkan update status medsos. 

Menarik.

Saya termasuk ortu yang kewalahan dengan masak-memasak. Bayangkan saja, tiga kali banyaknya memasak dalam sehari. Di tengah kesibukan mengurus bayi dan mengajar materi-materi rumit yang membuat saya begadang semalam sebelumnya. Maka ada kalanya, perlu bantuan makanan yang diorder online. Atau ada masa di mana saya bersin tak henti-henti hingga rumah bergetar dan bayi menangis cemas dengan suara bersin yang ribut. Bagaimana mungkin saya menghadapi wajan dan talenan. Sah sudah semua virus bisa menyebar dengan mudah.

Sekali lagi saya akan butuh bantuan.


Dalam pandemi, ada banyak hal yang baru, salah satunya berbagai cabang tadi. Ada yang berganti haluan dengan ekstrim, dengan percaya bahwa intuisi akan memandu ke arah yang lebih baik. Ada juga yang menyerah dan meninggalkan kesusahan dengan lesu. Lalu berharap langit baru akan menaungi dengan lebih baik. Namun ada juga yang scale up usaha yang sama. Pekerjaan yang sama yang digabungkan dengan strategi baru.


Dari kesemuanya, siapakah yang kelak lebih bahagia. 

Entah.

Kisah hidup cemerlang bergantung pada kerja gigih nan cerdas, dan juga doa.


Semoga semua penduduk bumi, akan beroleh hikmah dari pagebluk. Aamiin..

Comments

Popular posts from this blog

life is never flat

17 Agustus bersama Playschooling Tomat

Cerita Ramadan 2024 - Hari Ketiga