Kisah Kedua Pandemi: Setengah Isi

Pandemi COVID 19 jelas-jelas sudah ada tanpa bisa dielakkan. Wabah jenis baru ini dengan cepat menyebar ke seluruh penjuru dunia. Tanpa ada yang bisa merasa aman.

Penyakit yang muncul kali ini tidak hanya merepotkan bidang kesehatan. Melainkan menggoyahkan semua sendi kehidupan. Ruang-ruang kerja segera berubah. Sebagian berpindah ke ranah online, sebagian terhenti begitu saja. Sebut saja bu kantin yang menjual bakwan Malang di sekolah. Begitu anak-anak belajar dari rumah, bu kantin stop berjualan. Bangku-bangku panjang naik ke atas meja kantin yang berjejer. Kantin terbuka yang biasanya ramai oleh kesibukan makan siang dan ngemil, seketika senyap. 

Aktivitas berhenti begitu saja. 

Bahkan anak-anak belum sempat mengemasi barang-barang di loker. 

Di rumah, suasana berubah drastis. Pangkalan ojek dekat rumah yang biasanya terdiri dari 7 opang tetap, kini hanya ada satu orang saja. Bang Nata masih setia duduk beberapa jam setiap pagi, lalu kemudian pulang. Kadang ia tidak membawa seorang pun. Siapa pula yang akan naik ojek. Di masa ini setiap orang berdiam di rumah. Belajar dan bekerja di rumah, dan menghindari interaksi dengan orang lain secara langsung tatap muka. 


Jarak segera terentang. 


Di masa ini segalanya bergantung pada hati. 

Kehampaan yang turun bagai kabut dingin bisa begitu menyakitkan. 

Situasi wabah segera memunculkan kekosongan. Terlalu banyak perubahan dalam waktu singkat, dan mengganggu kestabilan tiap rumah. Kekosongan itu memang ada, tidak bisa diabaikan. Ia terlanjur muncul.

Hanya satu hal yang bisa menghangatkan hati. 

Bahwa kekosongan itu hanya separuh saja. Separuhnya tetap terisi. 

Ada tanggung jawab pada keluarga. 

Ada tanggung jawab sebagai manusia di muka bumi yang perlu berbuat baik dengan maksimal. 


Benar bahwa kita terguncang, namun itu bukan alasan menyerah. Juga perlu diingat bahwa semua orang mengalaminya. Jadi tidak perlu playing victim, merasa menderita sendiri. Tiap pihak menerima tantangan sendiri-sendiri. Setelah melihat bahwa hidup ini tidaklah kosong belaka, melainkan tetap sarat makna, kemudian perlu terus bergerak. Karena ada misi hidup yang perlu dituntaskan dengan gemilang. 

Comments

Popular posts from this blog

life is never flat

17 Agustus bersama Playschooling Tomat

Cerita Ramadan 2024 - Hari Ketiga