Kisah Gigi Atya

Saya dan suami jelas bukan panutan hebat untuk urusan gigi geligi. Sejauh ini baik saya maupun suami sudah kehilangan beberapa gigi.. hiks 
Alhamdulillah, kami beruntung memiliki duo putri yang rajin menggosok gigi. Dengan cara yang sesuai anjuran dokter gigi pula. Keren kan.. :p

Kami lagi-lagi beruntung karena kedua putri juga paham banget bahwa coklat dan permen menyumbang masalah untuk gigi anak-anak, jika lupa menggosok gigi sesudahnya. Well, sebenarnya Atya dan Ifa hanya bertemu permen 3 atau 4 kali saja dalam setahun. Itupun kalau ada yang ngasih ke mereka :)

Karena kondisi gigi yang baik-baik saja, kisah dua baris gigi rapi anak-anak tidak pernah ada dalam portofolio mereka. 

Kecuali dua hari yang lalu.

Ketka Atya melaporkan bahwa Atya kini punya gigi baru trus kemudian Atya membuka mulut lebar-lebar.
Eh bener dong, ada satu gigi mungil muncul di balik gigi seri.
"Kakak sakit nggak giginya?"
"Kalau dipegang terasa goyah nggak?"
"Kalau gigit makanan, kakak sulit nggak Nak?"

Semuanya dijawab dengan gelengan kepala.

Berhubung gigi yang baru hadir ini tidak bisa kita biarkan begitu saja, maka saya pun membawa Atya untuk bertemu drg.Riri di Klinik Annisa Ciracas. Begitu sampai di klinik, sementara saya mendaftar dulu, eh anak-anak sudah duluan masuk biar bisa main seluncuran.



Beberapa menit kemudian..
"Kakak takut Nda."

Eits, bocah yang tadi sibuk seluncuran ternyata sudah ada di samping dengan wajah memelas.
Tiba saatnya saya perlu mengulang sesi ngobrol sebelum bertemu dokter, seperti yang biasanya saya lakukan pada Ifa.

Alhamdulillah.
Ketika giliran kita sampai, Atya sudah bersemangat kembali.

Di ruang periksa, Atya sempat menoleh ragu ke saya saat mau duduk di kursi periksa. Saya otomatis tersenyum menguatkan.
Kabar baiknya, dokter gigi kita ini asik banget cara ngobrolnya sama Atya. nanya-nanya yang lain dulu sebelum minta Atya memuka mulutnya.

Ketika Atya tanya apa bakal sakit atau nggak.
Drg. Riri bilang "Ini akan terasa sakit ya, tapi ibu dokter punya caranya biar Atya tetap nyaman." 
Trus dokter menceritakan kalau yang baru muncul ini namanya gigi permanen, trus juga cerita kalau gigi susu kakak sudah saatnya diambil.

Suka deh, saya kira anak kecil juga berhak tahu tindakan apa saja yang mereka lalui selama pengobatan.

Ini mengingatkan saya pada masa-masa Ifa berobat mata, Ifa akan bertanya "Hari ini Ifa akan diapain Nda."
Saya lalu akan menjelaskan apa saja rencana pengobatan hari itu.
Jika ternyata ada tindakan di luar yang saya sampaikan, saya akan meminta waktu pada suster agar saya bisa ngobrol dulu dengan Atya. Untungnya nih ya, saya bertemunya dengan dokter dan suster yang peduli dengan hal ini.
Menurut saya ada beberapa hal baik jika kita meluangkan waktu untuk membahas sesi berobat bersama anak-anak:
  • Anak-anak paham tindakan medis apa saja yang akan mereka lalui,  dengan begini tangisan rewel karena bingung dan takut bisa dihindarkan.
  • Anak-anak belajar kejujuran, bahwa orangtua akan selalu jujur meskipun untuk hal-hal yang dirasa kurang menyenangkan.
  • Anak-anak mengerti bahwa orang tua akan selalu mendampingi saat menjalani pengobatan.
  • Mengurangi dampak trauma terhadap tindakan medis.
Kabar baik lainnya bagi Atya, setelah gigi susu selesai diambil, dokter bilang kita boleh makan es krim untuk meredakan rasa tidak nyaman.
Horeeee..

Postingan ini disertakan pada project#ODOPfor99days #day113

Comments

Popular posts from this blog

life is never flat

17 Agustus bersama Playschooling Tomat

Cerita Ramadan 2024 - Hari Ketiga