Mas Agus! eh Mas Arif!

Assalamualaikum...

Perjalanan ke kantor bagi saya dan suami adalah momen berharga, sermacam quality time untuk ngobrol-ngobrol, entah yang serius atau juga becanda-becanda ga jelas. Kadang juga sambil dengerin ocehan penyiar radio. Nah tadi pagi di radio lagi ngebahas kebodohan-kebodohan apa yang pernah dilakukan. Abis dengerin beberapa cerita konyol dari penyiar maupun penelpon yang sukses membuat kami ketawa ga brenti-brenti, saya iseng tanya suami:
"Ayah pernah ga bikin kebodohan kayak orang-orang ini?"
"Ada kali ya... e tapi kayaknya ga da tuh."

Saat saya diturunkan di depan kantor, dan melintasi lobby yang masih sepi, saya masih kepikiran aja tentang cerita kebodohan ini. Memang benar sih suami ga pernah lakukan hal-hal konyol gitu, tapiiiii....
Saya-lah yang sering bertindah bodoh.. huhuhu...
Untunglah tadi suami kayaknya lupa, soalnya beliau ingat banget kebodohan saya terkait mas Arif :)


Ceritanya, duluuu pasca menikah, saya pun pindah ke kontrakan suami. Disini saya mulai mengenali lingkungan rumah tinggal kami, saya kenalan sama tetangga, tukang sayur, tukang bakso, hingga penjual gas. Belum terlalu hafal sih nama-nama para tetangga.. hufft..
Tapi saya pikir lama-lama juga bakalan akrab.
Dari semua tetangga ini, pada penjual gas-lah saya kesandung masalah. Enggg saya-nya sih yang bermasalah.. mas-nya baik banget malah.

So.. inilah kisahnya.
Sore itu, saya kehabisan gas. Saya lalu pergi ke warung tempat penjual gas, yang namanya sudah diberitahu suami sebelumnya, lagian saya sudah pernah lihat wajahnya satu kali, jadi mestinya akan lancar aja urusannya. Warung ini ternyata gak hanya menjual gas tapi juga berbagai kebutuhan rumah tangga lainnya. Waktu itu di depan warungnya banyak sekali orang yang duduk-duduk di bangku kayu, tapi mas penjualnya gak kliatan. Saya celingukan mencari mas penjual, tapi karena ga kliatan saya panggil deh..
Tapi tidak ada respon..
Saya panggil sekali lagi.
Kali ini mas penjual gas muncul di antara kardus yang tersusun tinggi.
"Mas Agus saya minta gas 12kg ya, mas Agus bisa antarkan ke rumah?"
"Iya Mbak, sebentar lagi saya anter ya."
Trus saya pulang..
Nggg.. tapi kok saat melewati bapak-bapak yang duduk di depan warung kok pada ngeliatin ya, saya udah mengangguk dan tersenyum ramah tapi kok wajahnya aneh semua.
Tapi ya sudahlah..
Saya pun ngeloyor pulang.

 Beberapa hari kemudian, pas lewat di warung mas Agus bareng suami, saya tanya suami kenapa warung mas Agus tutup. Eh suami malah ketawa lebar..
"Mas itu namanya bukan mas Agus, tapi mas Arif"
"Oh.. bukannya mas Agus ya?"
"Ya bukan, siapa coba yang bilang mas Agus."
"Kirain namanya mas Agus."
Suami sudah mau ngomong saat saya ceritakan lagi:
"Oh pantes kemaren diliatin sama orang-orang ya, waktu manggil-manggil mas Agus di depan warung."
Suami ketawa kenceng.
"Tapi kok mas Arif diem aja dipanggilin mas Agus."
"Karena dia baik hati gak pengen bikin malu depan orang-orang."

Hari-hari berikutnya rasanya buruk sekali. Setiap kali lewat depan warung mas Arif, saya malu sekali sama mas Arif dan gak mau melihat wajah suami yang menahan tawa.

Beberapa waktukemudian, giliran air galon yang habis. Saya yang sudah punya no tlp mas Arif, memesan air galon via telpon. Beberapa menit kemudian mas Arif datang dan membantu menggantikan galon air yang udah kosong.
"Trimakasih mas Agus."
Dan dia berlalu dengan motornya.

Beberapa menit kemudian baru ngeh..
Tadi manggil mas Arif apa mas Agus ya..
Hadeeh kayaknya tadi mas Agus lagi...!!!
hiks...
Kok ya bisa salah lagi sih...
Saat saya ceritakan lagi ke suami. Wajahnya sukar ditebak, sepertinya udah ga tau mau ngomong apa lagi.. :)

Tapi keesokan harinya, saat mengendarai motor lewatin warung mas Arif yang terlihat senyap, mungkin mas Arifnya di dalam warung.
Suami memanggil..
"Mas Aguss..!!"

#ngambek

Comments

Popular posts from this blog

life is never flat

17 Agustus bersama Playschooling Tomat

Cerita Ramadan 2024 - Hari Ketiga