Karakter Turunan dari Bunda
Hari Sabtu pagi, Atya dan Zifa menghadiri pesta
ulang tahun Fesya yang pertama di Mc D Pondok Indah, Fesya adalah
putrinya teman suami yang sudah beberapa kali bertemu dengan Atya dan
Zifa. Kami ternyata datang sedikit terlambat, acara ulang tahun telah
dimulai. Di ujung ruangan
badut sulap lagi mempertunjukkan kebolehannya. Saya pun menemani Atya
dan Zifa duduk bersama anak-anak lain, sementara suami ngobrol dengan
orang tua lain di ruang sebelah. Atya dan Zifa belum pernah lihat badut
sulap, jadi acaranya cukup membuat mereka terpaku
bengong ngeliatin badut sulap.
Setelah pertunjukan yang ,melibatkan kelinci,
merpati, permen dan balon, Kemudian acara berlanjut ke tiup lilin dan
potong kue, trus anak-anak mulai menyerbu meja yang penuh cupcake biru
yang lucu. Sementara itu panitia mulai deh membagikan
goodie bags lucu-lucu. Nah untuk mengisi waktu, team dari McD nya mengadakan
games yang menarik untuk anak-anak.
Sepanjang acara ini Atya cenderung tidak pernah
jauh dari saya. Saat mba MC yang ceria memanggil anak yang berkenan ikut
partisipasi di games, Atya menoleh saya. Atya mau ikut tapi minta
ditemani.
"Atya mau Bundaaaa... tapi Bunda juga ikut ke depan."
"Bunda ngga ikut Nak, yang ikut permainan anak-anak semua, itu ada Kak Ratu, kakak bisa bareng Kak Ratu."
Atya mundur ke pelukan saya.
Bujukan-bujukan berikutnya tidak mempan sama sekali. Puncaknya Atya mogok tidak mau duduk bersama anak lainnya.
Saya menghela nafas.
Suami yang daritadi memperhatikan juga mulai turun turun tangan menyemangati Atya.
Tapi nihil hasilnya...
Atya tambah surut.
Berbarengan saya dan suami menghela nafas...
Tidak lama kemudian..acara usai... kami pulang setelah berpamitan dengan tuan rumah dan teman-teman lainnya. Di
perjalanan pulang, saya dan suami sibuk membahas Atya yang tidak aktif
tadi, yang akhirnya melahirkan beberapa kesimpulan dan beberapa
kemungkinan stimulan agar Atya lebih terbuka dan mau segera beradaptasi. Saya dan suami optimis dan merasa kami telah menemukan solusi paling benar untuk pemecahan masalah Atya.
Beberapa
hari kemudian... saat saya di angkot (yups...saya naik angkot dulu abis
turun di stasiun kereta, yang karena macetnya aduhai, saya bisa banget
ngelamun di angkot mikir ini itu...hihi) saya tersentak sama pemikiran
sendiri.
Bukankah Atya persis sama dengan saya.
Bukankah
saya adalah seperti Atya yang ngga akan menonjol di tengah keramaian.
Atya adalah saya yang menginginkan sesuatu dalam diam dan berusaha
dengan cara sendiri tapi tidak akan pernah bersikap meledak-ledak.
Rasa
bersalah segera membuncah...
Apa coba yang saya lakukan..mengubah Atya seperti yang saya dan suami inginkan... padahal Atya sendiri sudah sedemikian manis selama ini..
Dan lebih lagi.. Atya menuruni karakter saya....
Apa coba yang saya lakukan..mengubah Atya seperti yang saya dan suami inginkan... padahal Atya sendiri sudah sedemikian manis selama ini..
Dan lebih lagi.. Atya menuruni karakter saya....
Adalah karena remangnya magrib air mata saya tidak terlihat penumpang lainnya...
Hiks...
Sore itu adalah hari paling galau...
Jalanan terlalu macet rasanya karena saya ingin segera pulang...
Jalanan terlalu macet rasanya karena saya ingin segera pulang...
Untuk memeluk Atya.
Comments
Post a Comment