Arti Mudik untuk Atya dan Zifa

Saya dan suami jelas amat berbahagia kalau mudik, meski akan repot luar biasa. Tapi gimana dengan dua balita berpipi bulet ini...
Kira-kira mereka bakalan rewel atau excited yaaa...

Dari awal Ramadhan, anak-anak sudah mulai diberikan gambaran kemungkinan mudik. Saya menceritakan dengan pelan-pelan setiap hari biar anak-anak siap untuk mudik. Atya sih sudah ingat rumah yang di kampung, jadi hanya perlu diingatkan lagi beberapa keluarga yang belum dihafal Atya. Akhirnya daripada anak-anak kesulitan ngapalin siapa yang perlu ditemui, saya memberikan formula umum: jika ayah bunda salim, maka Atya dan Zifa ikutan salim, dan sebaiknya tersenyum saat salim.
Ini ya... bahkan saat ngomongin ini ke anak-anak... saya udah merasa hopeless ini akan berjalan baik... hihih.. tapi dasar emak-emak bawel yaaa teteup aja anak balita ini dibriefing dengan seksama.. hihi

Di sepanjang perjalanan pulang, anak-anak disibukkan dengan cemilan dan pemandangan di luar. Kalo malam, mereka tidur pulas hingga pagi. Sempat beberapa kali momen mabok perjalanan, tapi ya untungnya mereka ini kalo sudah digantiin bajunya, udah kembali ceria aja.. tinggal emaknya yang sibuk merapikan mobil dan segera turun untuk mencuci baju. Ada lagi pas kejadiannya di pinggir sungai..udah aja Atya diangkat ke pinggir sungai, bajunya dilepas dan Atya segera berenang di sungai dengan riang gembira, saya  mencuci di batu lebar di pinggir sungai seperti ibu-ibu penduduk setempat.

Oiya.. tips untuk anak usia 3-4 saat mengalami perjalanan panjang dengan mobil:
- Siapkan mainan favorit
- Siapkan makanan dalam jumlah cukup
- Sediakan obat-obatan standar
- Simpan baju ganti di tempat yang mudah untuk dijangkau
- usahakan segera sarapan setelah anak terbangun
- Alihkan perhatian anak ke luar mobil untuk menghindari efek pusing
- Sediakan ruang tidur yang cukup
- Menyanyi bersama di mobil selalu saja ampuh membuat suasana lebih meriah

Sampai di kampung, anak-anak udah langsung menjelajah rumah. Mengacak-acak barang yang emang udah berantakan. Trus akhirnya main di teras rumah yang luas.
Kayaknya mereka bergembira menemukan lokasi main baru yang jauh lebih luas dari rumah biasanya...

Di depan rumah kami ada gundukan pasir sisa plester dinding dapur.. segera aja dong Atya dan Zifa menjadikannya wahana bermain dadakan.
Awalnya mau saya ajak kembali masuk, tapi mendengar celotehan mereka yang menganggap lagi berada di Anyer.. :))
ya udahlah yaa.. bairkan saja mereka sejenak berimajinasi.
Eits..ternyata ngga lama kemudian mereka berpindah ke kolam ikan yang baru saja dibuat mama, dan masih berisi beberapa ikan.
Atya Zifa baru berhenti setelah mereka gemetar kedinginan...

Ini lalu jadi kegiatan rutin harian, dari mulai bangun sampai magrib, selalu main di pasir.
Mereka hanya berhenti kalau diajak bepergian.

Hingga suatu hari kebablasan...
Hiks..
Saya terlambat mencegah..


Butuh satu bak air untuk membilas kepala Atya hingga bebas pasir.
Fiuhhhhh.....

Selain urusan main pasir, hari-hari Atya dan Zifa disibukkan dengan berkeliling silaturrahim.. Kabar baiknya, meski beberpa kali mogok senyum dan beramah tamah, paling tidak segera tanggap untuk salaman saat bertemu saudara.

Saat kembali ke Jakarta, Atya menangis sedih, terus memohon dengan terisak agar ngga usah baik ke Jakarta.
"Kenapa kakak ngga mau ke Jakarta?"
"Ngga usah bunda, Atya, Ifa ama bunda biar di kampung aja.. Atya suka tinggal di kampung."
"Trus gimana dengan pekerjaan ayah bunda."
"Ayah aja yang ke Jakarta, trus ayah sorenya pulang ke kampung kalau sudah selesai kerja."
Hadeeeh...
Nak.. ini urusan ratusan km loh Nak...
Tapi apalah daya orang tua saat anaknya memandang dengan mata tergenang..
*peluk Atya*
"Kenapa Atya lebih suka tinggal di kampung?"
"Karena di kampung ada pasirnya Bundaaa..."
hayah..
Jadi segala tangisan ini adalah untuk pasir to....

Dengan kecintaan Atya pada pasir, maka seruan saat mobil beranjak meninggalkan rumah adalah:
Dadah...Nenekkkk!!!!! Dadah pasir!!!!! Nanti ketemu lagi ya pasiiiiiirrrrr...
Ampun deh...

Comments

Popular posts from this blog

life is never flat

17 Agustus bersama Playschooling Tomat

Cerita Ramadan 2024 - Hari Ketiga