Kenangan Ramadan - Suara Kepala Desa

Apabila hari itu adalah hari raya balimau, maka pada malam harinya adalah malam pertama sholat tarawih.

Saya mengenang masjid Mujahidin yang senyap akan seketika ramai. Masjid di masa kanak-kanak saya itu terletak di ujung desa. Jika hendak menuju masjid, kami perlu menuruni jalanan yang kadang licin bila hujan. Sehingga perlu berhati-hati sekali. 

Masjid di malam tarawih pertama selalu meriah. Tikar plastik sampai digelar sampai belakang. Jika biasanya di bulan lain hanya dua shaf saja, di bulan Ramadan akan sampai ke barisan belakang.

Begitu magrib usai, masyarakat sudah berdatangan. Dan menggelar sajadah masing-masing. Juga saya dan keluarga. 

Bagi saya yang masih kecil waktu itu, sebenarnya sukar untuk berdiri lama-lama waktu sholat tarawih. Sehingga begitu sholat witir selesai, rasanya lega sekali.

Selain sholat tarawih, di malam awal Ramadan itu, kepala desa kami juga memberikan banyak wejangan serta pengumuman terkait pelaksanaan ibadah Ramadan.

Tapi sekarang setiap fragmen masa kecil itu begitu dirindukan. 

Ketika ada acara silaturrahim perantau via zoom, turut hadir tetua adat dari kampung. Saat mendengar suara kepala desa kami di masa lampau, saya menyadari bahwa suara itu termasuk bagian kecil yang saya simpan dalam buku kenangan indah masa kecil. 

Comments

Popular posts from this blog

life is never flat

17 Agustus bersama Playschooling Tomat

Cerita Ramadan 2024 - Hari Ketiga