Rumah nan Rapi

 Setiap keluarga memiliki value yang berbeda dengan keluarga lain. Tatanan nilai dan prioritas tiap keluarga lalu menyesuaikan dengan kebutuhan keluarga tersebut. Ini bukanlah tentang value keluarga kami, namun tentang bagaimana kami memandang kebutuhan harian di keluarga.

Jika kelangsungan keluarga dalam sehari dibagi menjadi beberapa kategori, maka akan ada kategori anak, rumah bersih dan rapi, makanan sehat dan pakaian yang rapi. Dari kategori-kategori itu muncullah prioritas tertentu. Yang tentu saja akan berbeda di tiap keluarga. Saya dan suami klop dalam hal ini. Kita akan mengutamakan urusan anak terlebih dahulu. Apabila saya hanya memiliki sedikit waktu, maka berbagai urusan anak-anak yang lebih dahulu diselesaikan.

Ketika pandemi terjadi, dan anak-anak belajar secara.online di rumah. Prioritas terhadao anak jadi makin menguat. 
Di pagi hari, saya akan memasak dua atau tiga masakan secara cepat. Karena anak- anak perlu makanan yang padat gizi sebelum memulai belajar. Kemudian saya akan menyelesaikan urusan bayi dengan cepat. Mengajak bayi main di halaman, lalu mandi dan makan pagi. Bayi kemudian terlelap dan saya berpindah peran menjadi guru bagi kedua kakak. Ketika matahari makin meninggi, saya bergegas menghampiri kulkas. Kini saya mesti memasak satu jenis makanan untuk makan siang. 
Begitu selesai makan, saya kembali main dengan bayi, sementara kedua kakak beristirahat. Begitu sore menjelang, saya kembali sibuk di dapur, memasak untuk makan malam. Kali ini lebih serius, karena ada empat jenis makanan. 

Segala yang saya lakukan berpusat pada anak-anak. Saya mandi ketika semua urusan kelar. Saya makan ketika semua anak sudah kenyang. 

Hanya ada separuh tugas yang bisa didelegasikan, yaitu menyetrika baju rumahan. Selain itu tetap saya setrika sendiri. Sebagai seorang yang memastikan bahwa lipatan baju wajib memiliki lebar yang persis sama, saya tidak bisa mengirimkan kemeja kerja suami ke laundry. 

Ada satu hal yang bagi saya dan suami adalah suatu hal yang wajib ada. Hanya saja tidak bisa didelegasikan ke pihak ketiga. Ini adalah tentang beberes rumah. Saya dan suami sam-sama tidak tahan dengan rumah yang berantakan. Tali apa dikata, saat ini saya telah berkejaran dengan tugas mengurus anak. Kami juga tidak bisa mengundang pihak luar datang beberes di situasi pandemi begini. Maka saya hanya bisa menjadikan beberes sebagai ruang belajar. 

Atya belajar bekerja dengan maksimal melalui vacuuming dan mopping, sementara Ifa berlatih dengan mengelap segala permukaan kaca dan kayu di rumah. Ini tidaklah sederhana, bukan sekadar membersihkan rumah. Tapi ada niat ikhlas membantu Bunda, ada pembelajarn mandiri, dan ada latihan meningkatkan diri di dalamnya. Mengelap kaca misalnya, perlu pengetahuan tentang teknis dan peralatan yang tepat agar hasilnya kinclong maksimal. Lalu gerakan tangan juga bisa dianggap sebagai gerakn olahraga yang membakar kalori. Apabila diawali bismillah dan dibarengi dzikir, maka lengkaplah sudah sebuh paket pembinan diri. Insya Allah.. 

Comments

Popular posts from this blog

life is never flat

17 Agustus bersama Playschooling Tomat

Cerita Ramadan 2024 - Hari Ketiga