Lembaran Ujian Tidak Akan Tertukar

Entah sejak kapan ia bermula, tapi saya mulai mengembangkan kebisaan mengamati orang lain dan kehidupannya. Mulai dari keluarga sendiri, saya menyaksikan mama memimpin keluarga secara finansial. Melihat mama terbangun dipagi hari dan mengangkuti piring dan baju kotor ke tempat mandi umum di dekat masjid. Setelah satu jam lamanya mengurus cucian dan memandikan anak, mama pun pulang untuk memasak. Setidaknya perlu satu jam pula mama sibuk di dapur. Lalu kemudian bersiap berangkat mengajar ke sekolah dasar. 

Bahkan matahari belum meninggi saat mama telah tuntas mengerjakan banyak hal di rumah. Keluarga lain memiliki tantangan yang berbeda. Ada yang merisaukan hujan berkepanjangan yang menyebabkan racikan tembakau tidak kunjung kering. Terbayang rentetan bon hutang pupuk yang perlu diselesaikan dengan tauke tembakau. Seiring makin deras hujan, makin kuat rasa galau mendera.

Di tengah guyuran hujan, petani ikan pun duduk termangu memandangi pematang sawah. Rasa waspada kini telah berganti pasrah. Entah tanggul iti akan lelah menghadapi hujan atau bertahan melindungi padi dan ikan yang dijaganya. 


Hanya kanak-kanak yang menyambut deraihujan dengan gembira. Dan juga mama. Karena mma kini bisa menampung setiap tetes hunan di teras dengan ember-ember. Dengan begini mma tidak perlu lagi mengangkuti piring dan gelas kotor di kepalanya. 

Saya menyadari bahwa tiapkeluarga memanggul bebannya masing-masing. 

Hanya ada satu saja yang membuat binar mata tidak redup saat menghadapi beban. Yaitu rasa percaya bahwa Allah tidaklah memberi beban kepada hambaNya kecuali sesuatu yang sanggup dipikulnya. 

Tahun ini adalah tahun pandemi yang sulit. Saya menanggung beban baru, seperti mungkin banyak perempuan lain di muka bumi. Entah saya akan berdiri tegak selama badai ini atau tertegun lesu.

 Inilah pilihan.

Kelak pilihan ini akan menjadi sebuah kenangan. 

Seperti mengenang bau tanah ketika hujan atau mengenang tetes air yang tersisa di daun ketika hujan telah usai.

Kenangan saya mungkin berbeda dengan kenangan orang lainnya. Karena lembaran unian yang kita hadapi tidak akan tertukar. Kita menerima sebanyak yang sanggup kita hadapi, dengan teguh. 


Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

life is never flat

17 Agustus bersama Playschooling Tomat

Cerita Ramadan 2024 - Hari Ketiga