Gelisah Hujan


Saya paham hujan adalah rahmat, saya amat mengerti berartinya hujan. Tapi ya begitulah, saya kadangkala galau jika hujan. Saya pikir ini bermula sejak saya kuliah. Mungkin karena kampus saya berada di atas bukit, hingga saat hujan, hujannya berasa banget. Kalau hujan, angin yang membawa tempias hujan akan memukul daun jendela kampus, dinginnya berasa banget, brrrrrr....
Jika hujan sudah disertai angin, sia-sia mencoba menghalang hujan dengan payung, bisa-bisa payung patah atau terbang putus asa.

Hujan membuat saya sangat merindukan orangtua.
Tiba-tiba kangen...
Saat sedang di ruang kuliah, saya akan berharap bisa mudik seketika. Kalaupun sudah sampai di kost, saya tetap sangat merindukan rumah. Mungkin karena rumah membawa banyak kenangan hangat.

Waktu saya kecil, hujan malah membawa kegembiraan tiada tara, karena sesekali mama akan mengizinkan saya mandi hujan. Tak terkira senangnya merasakan hujan jatuh dikepala, saya dan kakak akan berlarian di halaman sambil memercikkan air kemana-mana. Saya juga senang menampung air hujan di berbagai wadah.
Seru sekali...
Hujan juga membuat saya terkenang banyak makanan waktu kecil, karena mama suka memasak cemilan kala hujan, entah itu gorengan atau bubur, atau rebus-rebusan, semuanya nikmat dimakan bersama.

Setelah menikah, hujan juga membawa banyak kenangan. Jika hujan gerimis rintik-rintik, kami akan neduh dulu mampir makan mie ayam atau bakso, hingga hujan reda. Sebaliknya jika hujan deras turun, kami malah buru-buru pulang menembus hujan deras, khawatir banjir keburu datang jika menunda pulang. Tidak peduli meski lagi hamil, tetap saja kami bergegas pulang menerobos hujan. Sesampainya di rumah, segera mandi, dan bersembunyi dalam selimut tebal.

Kesininya saat sudah pulang dengan mobil, hujan memang terpisah di luar jendela, tapi sendunya kadang tempias ke dalam, saya suka mellow sendiri menatap tetesan air. Kabar baiknya, hujan juga yang membuat berbagai inspirasi muncul. Nama untuk Zifa misalnya, tercipta kala hujan deras tak tertahankan mengguyur bumi,seperti yang pernah saya ceritakan disini

Sekarang, saya pulang kantor sendirian, tidak lagi bareng suami,kadang naik bus, kadang naik kereta api. Jika hujan turun saat saya masih diperjalanan, gelisah menyerbu.
Rasanya jarak kantor ke rumah menjadi jauuuuh sekali.
Hiks..
Saat saya menerima pesan dari suami yang isinya akan menjemput saya saat saya turun dari bus, hati langsung menghangat.
Senyum mengembang seketika.
Hujan sederas apapun tidak lagi mengundang gelisah.
Terima kasih Cinta..

Comments

Popular posts from this blog

life is never flat

17 Agustus bersama Playschooling Tomat

Cerita Ramadan 2024 - Hari Ketiga