Zifa Digoreng Aja

Setiap malam sebelum tidur, saya dengan dua balita hebat dikiri dan kanan mengobrolkan berbagai hal sebelum tidur, kadang diawali membaca buku, kadang dengan dongeng yang melintas begitu saja dikepala. Dongeng ini terutama hadir ketika ada pesan yang mau saya sampaikan via tokoh yang lagi digemari. Saat Barney jadi tokoh idaman, maka Barney-lah tokoh yang selalu menaruh piring di bak cuci sehabis makan, atau Baby Bop-lah yang ramah dan antusias bersalaman saat bertemu dengan sahabat Ayah atau Bundanya. Ketika Atya jatuh suka pada Princess Elsa, maka princess satu ini yang menyayangi adiknya dengan sempurna, princess ini juga yang bisa mandi sendiri dan merapikan sendiri mainannya.

Tadi malam, diantara obrolan sebelum tidur, Zifa meminta saya memeluknya lebih erat.
"Nda.. kakak bilang, Dek Ifa digoreng aja."
Saya terperanjat.

Pikiran saya segera melesat kemana-mana memikirkan bagaimana bisa kakak berkata seperti ini. Dengan berbagai pemahaman baik yang saya dan suami tanamkan, rasanya tidak mungkin kakak demikian membenci adek. Padahal semenjak Zifa lahir, saya selalu meluangkan quality time khusus dengan Atya, agar Atya tidak merasa diabaikan sehubungan Zifa memiliki waktu ASI bersama saya.  Saya juga selalu membisikkan betapa besar cinta dan harapan saya pada Atya, juga menyampaikan bahwa Atya adalah partner saya untuk membangun keluarga yang sakinah, oke.. yang terakhir itu berlebihan. Intinya, saya pikir saya sudah sukses mengatasi kecemburuan adik kakak ini.
Tapi curhatan Zifa ini...

Shocked, tapi saya menahan diri, menunggu Zifa menyelesaikan ceritanya.
"Kata kakak... Ifa digoreng aja, kakak gak mau sama Ifa, gitu Nda."
Berjarak setengah meter dari saya, Atya yang memeluk boneka jerapah, membeku.
Saya menggenggam tangannya, entah siapa yang akan saya tenangkan, kekagetan saya atau risaunya Atya.
"Kakak bilang begitu sama Adek?"
"Iya Bunda."
Wajah kakak defensif.
Tidak ada yang bisa saya lakukan selain memeluk mereka berdua dan mengisahkan ikatan kakak adik yang baik, seraya menyelipkan betapa pentingnya saling menyayangi. Entah mereka akan meresapkan ini kedalam hati atau tidak, yang jelas segera saja dua pipi bulet tertidur.

Malam pun berlalu gelisah.

Subuh, saat mama sedang melipat mukena, saya segera menghambur meminta ketenangannya. Saya mengadukan masalah anak-anak, dengan cemas meminta mama mengamati Atya dan memberikan pemahaman terbaik untuk Atya. Sekilas sinar kaget melintas di mata mama. Sejurus kemudian kami sudah sibuk berbagi ide mengenai pendekatan ke anak-anak.

Perjalanan ke kantor pun menderu gelisah. Galau ini belum sempat saya sampaikan kepada suami, eh tiba-tiba saya sudah sampai di kantor. Akhirnya masalah ini mengendap, menunggu saat istirahat.

Pada jam istirahat, saya menghubungi mama. Dengan dua balita menjeritkan bunda sebagai suara latar, tawa mama terdengar renyah.
"Mama sudah tahu maksud Atya. Barusan Atya juga bilang agar Zifa digoreng aja"
Saya tak sabaran mendengar, lalu mama menjelaskan dengan terputus-putus karena Atya dan Zifa berebutan ingin berbicara di telpon.
Beginilah obrolan adik-kakak yang diceritakan mama:
"Nenek, Atya mau Ifa digoreng aja, jangan sama kakak."
"Nenek, kata Bunda, Ifa gak boleh digoreng."
"Nggak Nek.. Ifa digoreng aja."
Dan mama menceritakannya dengan nada geli.

Jadi, beginilah kejadiannya:
Beberapa hari belakangan, meskipun ada berbagai masakan yang disukai Atya, tetap saja Atya minta dimasakain telur dadar. Dan Zifa... kadang suka ikutan maunya kakak.
Jadi maksud Atya adalah, agar untuk Zifa, telurnya digoreng lagi aja, jangan ambil telur yang sudah digoreng untuk kakak.
Fiuuuh...

Duh anakku sayang..
Saat hal sederhana ini dirangkum menjadi kalimat singkat ala Atya, urusan pun menjadi runyam. Apa jadinya jika kemaren saya langsung marah-marah pada Atya, tanpa tabayun terlebih dahulu.

Maka crosscheck dua belah pihak saja ternyata tidak cukup, perlu melihat konteks terlebih dahulu.
Trimakasih ananda, untuk pelajaran ini.
*hug*

Comments

Popular posts from this blog

life is never flat

17 Agustus bersama Playschooling Tomat

Cerita Ramadan 2024 - Hari Ketiga