Cerita Ramadan 2024 - Hari Kedua

 


Sore ini saya bergegas.

Rumah sudah rapi, tanaman sudah disiram, pun hidangan berbuka sudah aman di atas meja makan. Namun saya butuh banyak barang harian, butuuuuh banget grocery shopping dalam waktu dekat ini. Apabila jerigen detergen sudah hampir sampai ke dasar, hati rasanya kebat kebit. Jika cairan bebersih habis, saya sungguh tidak tenang. Belum lagi jika minyak goreng yang menipis. Otw galau maksimal itumah. 

Itu sebabnya, uda mengajak kami janjian sore ini. Uda sepulang kantor dan saya naik gojek dari rumah. Sementara saat itu sudah setengah lima sore. Sementara saya kayaknya perlu membeli segala barang.. huhuhu..

Dari rumah ke Naga Swalayan, sebenarnya tidak jauh. Apalagi kami bisa lewat jalanan kampung yang mestinya relatif sepi.

Tapi kenyataannya ngga gitu wahai saudara. Baru saja saya keluar dari area rumah, baru mau naik gojek. Kakak depan rumah menyapa, "Mau beli kolak ngga?"

Olala saya baru ingat kalau bulan puasa begini, selalu banyak penjual takjil dadakan di sepanjang jalan. Setelah seratus meter dari rumah, ada gorengan dan lemper. Lalu sejurus kemudian ada es buah. Sejenak kemudian balik lagi ada penjual gorengan, kali ini lengkap dengan mie goreng dan bihun. Sungguh sangat menggoda. 

Kami terus berjalan pelan di antara aneka gorengan yang menggoda iman. Tapi itu ternyata belum cukup. Setelah menyeberangi jembatan, kami berjumpa dereta ea buah, es teler, es warna hijau, es warna pink terang yang rasanya pengen saya beli satu box itu semuanya.. hiks..  Jejeran takjil pada pukul lima sore, memang sebuah godaan yang sulit ditanggungkan. Ada rasa pengen beli aja semuanya. Atas nama kepengen. Atas nama bulan puasa yang hanya sekali setahun saja. Juga kadang melintas rasa ingin membantu penjual. Beli ah, buat ngelarisin dagangan. 

Tapi entah, entah apakah niat itu beneran baik, atau sekadar alasan belaka. Pada akhirnya saya melewati semuanya. Serasa habis window shopping. Seraya menyadari betapa banyak aneka ragam makanan yang ada di sore Ramadan. 

Mendadak saya seakan kembali ke masa silam. Setiap Minggu sore di bulan Ramadan, Apa akan membawa saya ke pasar takjil. Kalau di kampung kami lazim disebut pasar pabukoan. Sebuah pasar dadakan yang sederhana. Tidak banyak jenis jajanannya tapi jika diingat lagi, rasanya magical. Saya masih ingat betapa bahagianya saat beli cendol pink dan sebungkus bihun. Lalu pulang ke rumah diiringi semburat jingga senja.

PS: 

Menu hari ini adalah:

Sahur: Capcay - Ayam katsu - Telur puyuh kentang cabe hijau

Berbuka: Cumi saos padang - Ikan bakar kemiri - Gulai tahu pakcoy

Comments

Popular posts from this blog

life is never flat

17 Agustus bersama Playschooling Tomat

Cerita Ramadan 2024 - Hari Ketiga