Kartu Pos #1 Menghadapi Tantangan dengan Tenang


Sejauh ini Atya dan Ifa hanya mengikhlaskan saya bepergian untuk dua hal, perjalanan ibadah dan kegiatan komunitas Ibu Profesional. Pada perjalanan umroh kali ini, Atya dan Ifa oke dengan saya yang start dari Singapore, toh anak-anak sudah paham situasi di sana. Namun anak-anak sedikit manyun ketika melihat perjalanan ke Turki jelang ke Madinah. Apalagi dengan persiapan pakaian musim dingin yang saya masukkan ke dalam koper. Meski pada akhirnya anak-anak melepas kami dengan bahagia, tetap ada seberkas sedih.
"Yaaah... Bunda bisa main salju dong."
Hiks..

Akan tetapi anak-anak bersikeras bahwa kami perlu vid-call dimanapun berada, terutama setelah sampai di wilayah bersalju 😍

Pagi hari di iStayInn daerah Chinatown, kami memulai obrolan pertama. Atya melaporkan bahwa semua baik-baik saja.
Tapi begitu telpon ditutup, Atya menuliskan sebaris chat:
"Adek menangis Nda, karena semalam mati lampu. Adek takut dan memanggil-manggil Bunda."



Atya dan Ifa melaluinya dengan baik, pada sore harinya Atya sudah membeli lampu emergency berikut juga sekotak martabak 😁🤭

Mati lampu sering jadi tes ketenangan di rumah. Sewaktu balita, keduanya akan menjerit dan memeluk saya erat. Pun ketika usia balita berlalu, keduanya masih jejeritan dengan cara yang sama.
Maka kali ini anak-anak sungguh menemukan ujian hidup yang pertama. Bagaimana mengatasi tantangan, apakah bisa diantisipasi, ketika tidak bisa apakah akan dijalani dengan panik, atau dengan tenang.

Bunda berusaha tenang di kejauhan, dengan harapan anak-anak akan menemukan solusi dalam kesenyapan rumah tanpa listrik.

Comments

Popular posts from this blog

life is never flat

17 Agustus bersama Playschooling Tomat

Cerita Ramadan 2024 - Hari Ketiga