"Ternyata wajah kakak cantik ya Nda." (Kisah Mata Ifa)


Saya dan suami sepakat bahwa untuk urusan belajar duo balita, tugas utama saya dan suami adalah menggugah minat dan menyediakan sarana belajar. Karena saya percaya, anak dengan rasa ingin tahu yang besar akan mudah belajar dan mejalani proses pembelajaran dengan senang.
Terbukti Atya akhirnya gampang sekali bisa membaca setelah rasa ingin tahunya tergugah. Demikian juga untuk Ifa, kita mulai mengajarkan huruf hijaiyah setelah Ifa minta diajari mengaji seperti kakak.

Pada saat inilah kita curiga ada yang aneh mata Ifa.
Huruf alif dan ba entah sudah berapa kali dijelaskan tapi Ifa sulit sekali membedakannya. Saya sampai geregetan dan mengira Ifa tidak serius belajar. Akan tapi keesokan harinya Ifa kembali ngotot mau belajar, artinya Ifa serius ingin tahu huruf hijaiyah.

Ulang lagi deh mengajarkan dua huruf pertama hijaiyah ini. Tapi Ifa tetep nggak bisa loh.. huhuhu...
Dimanakah salahnya..

Ifa selama ini lumayan cerdas kok (menurut emaknya :p)
Kami lalu kaget ketika Ifa mengangkat buku iqra ke depan mata hingga dekat sekali, dan serta merta membaca huruf hijaiyah dengan lancar.
Pikiran pertama yang muncul adalah mata ifa mungkin minus, mengingat saya waktu kecil pake kacamata berlensa tebal. Tapi kan selama ini Ifa bisa mewarnai dengan bagus dan tidak kesulitan dengan semua aktivitas harian.

Untuk memastikan kondisi mata Ifa, besok malamnya saya dan suami membawa Ifa ke Jakarta Timur Eye Center (JTEC) Harapan Bunda. Ibu dokter yang memeriksa mata Ifa langsung bilang kalau mata Ifa kena katarak. Saya dan suami tidak bisa berkata selama beberapa saat.
Di kedua keluarga besar kami tidak ada riwayat katarak dan Ifa selama ini beraktivitas normal. Bahkan Ifa bisa dibilang sangat aktif.
Bagaimana kami bisa percaya dengn diagnosa dokter.
Ibu dokter yang ramah ini menganjurkan agar kami menemui dokter mata lain yang bernama dokter Michael untuk pengecekan mata Ifa lebih lanjut.

Singkat kata, kami pun bertemu dokter Michael.
Diagnosa beliau sama: Ifa mengidap katarak bawaan, dan sudah sangat terlambat ditangani.
Seharusnya sudah sejak dulu mata Ifa diobati agar saraf mata Ifa tidak terganggu perkembangannya.

Dada mendadak serasa sesak..
Pengennya membantah tapi saya melihat sendiri di layar perbandingan mata kakak yang jernih dan adek yang berbintik putih.
Melalui operasi mata, lensa mata katarak Ifa harus segera diangkat dan diganti dengan lensa implan, kemudian menjalani terapi saraf mata untuk memulihkan fungsi saraf mata Ifa.
Hiks..

Keluarga, atasan dan teman-teman yang kami ceritakan tentang mata Ifa juga merespon dengan wajah heran, menolak kalau Ifa kena katarak dan menganjurkan alternatif pengobatan lain. Mengingat siapapun yang kenal Ifa akan mengingatnya sebagai anak yang ceria dan aktif. Bagaimana bisa Ifa si pipi bulet ini bisa kena katarak sejak lahir?

Setelah dokter menjelaskan dengan amat gamblang mengenai operasi yang akan dihadapi, berikutnya perawat menjelasakan persiapan pra operasi, yang meliputi:
- cek darah di lab
- rontgen thorax
- cek kondisi klinis ke dokter spesialis anak.

Ifa pun di hari yang sama kita bawa ke lab untuk cek darah.
Ini kita sebenarnya cemas dengan urusan ambil darah ini, tapi syukurlah berjalan lancar meski Ifa tak urung menangis juga.
Kelar ambil darah, kita pulang dan berencana menunda rontgen di hari Senin nanti. Kita khawatir aja kalau Ifa bakalan trauma jika menjalani banyak tindakan di hari yang sama.

Hari Minggu pun berlalu dengan gundah.

Senin malam, kita ambil hasil lab dan menemui Bapak Indra Sugiarno, H,dr.SpA. Ternyata leukosit Ifa melebihi ambang dan diberikan obat dulu untuk menurunkan leukositnya. Kami berlalu dari ruang dokter anak dengan gontai. Kebayang satu minggu ke depan yang akan dilalui dengan perasaan campur aduk.

Berikutnya kita mengajak Ifa ke ruang radiologi untuk rontgen thorax.
Proses rontgen berjalan smooth, kita menyebutnya foto khusus :p biar Ifa nggak trauma dengan istilah medis. Ifa nurut aja saat diarahkan untuk rontgen, malah saat keluar dari ruangan rontgen, Ifa menceritakan pengalamannya dengan riang pada ayah.


Setelah lima hari galau itu berlalu, pagi hari Sabtu saya kembali membawa Ifa ke lab untuk cek darah kedua. Rada cemas karena kali ini pergi sendiri trus Ifa bakal mogok nggak mau diambil darahnya. Untunglah suster yang menangani Ifa ini sangat ramah dan mau ikutan membujuk Ifa.
Sukses ambil darah, kita pergi beli susu dan cemilan dulu, trus mengambil hasil rontgen. Tapi ini kok penjelasannya ada bercak pula pada paru..
Huwaaaa.....
Apalagi ini?
Setelah setengah jam menunggu, hasil cek darah Ifa pun keluar, alhamdulillah leukosit sdh normal.

Sore harinya kita ke RS kembali untuk menemui dr. Indra. Setelah periksa kondisi fisik, cek hasil lab, cek foto rontgen (ternyata bercak yg dimaksud tidak signifikan, hanya karena saya alergian udara dingin jadi menurunkan ke Ifa.
Persetujuan boleh lanjut operasi pun diperoleh.

Kita langsung menuju JTEC untuk menyerahkan berkas-berkas dan tinggal menuggu dihubungi untuk jadwal operasi.

Sementara itu mama jatuh sakit. Kayaknya benar kata orang sesayangnya orangtua ke anak, jauh lebih besar sayang kakek/nenek ke cucu. Mama tertekan sekali dengan kondisi Ifa dan jatuh sakit. Saat periksa ke dokter Hendra, beliau serta merta bilang kalau mama lagi stress berat. Mama langsung curhat tentang keadaan Ifa. Sebagai dokter senior, dokter Hendra yang punya pengalaman segudang pun menenangkan dan menyemangati mama. Alhamdulillah setelah beberapa hari terbaring sakit, mama mulai pulih kembali.

Hari Senin pihak JTEC menginformasikan bahwa Ifa masuk rawat inap di Selasa siang dan operasi dilakukan hari Rabu pagi. Saya segera lapor suami. Kemudian menghadap atasan untuk ijin cuti.

Berikut ringkasan kisah operasi Ifa:
  • Selasa sore 24 November 2015, saat kita sudah masuk ke kamar perawatan, Ifa kembali diperiksa kondisinya oleh dokter Indra.
  • Selasa malam, kita ditemani adik-adik. Adik-adikku tersayang... tahukah Dek, bahwa jam tangan hello kitty dan dua boneka itu ikut menenangkan Ifa saat harus diberi tetes mata keesokan subuhnya.. thank you so much.. *peluksatusatu 
Juga terima kasih Om Jemmi sudah menyempatkan mendukung kami di sela jadwal padatnya. Dan trims mamak yang sakit tapi tetap bersusah payah ke RS menemani Ifa.
 
 
  • Pukul 07.30 Perawat kamar datang menjemput Ifa.
  • Pukul 08.00 Ifa dan saya masuk ke kamar operasi setelah berganti baju.
 
  • Pukul 08.15 dokter Michael siap untuk mulai proses operasi, dan saya selaku emak-emak rusuh sempet-sempetnya minta tolong agar dokter melakukan operasi sebaik-baiknya dan menitipkan Ifa, dengan terbata-bata saking udah panik-nya. Saya kemudian menghubungi mama untuk mengabarkan kondisi Ifa, sementara suami yang menghubungi ibu mertua, tante dan adik yang tinggal di Jakarta.
  • 09.15 kita di panggil masuk ke ruang pemulihan. Kita lalu diberikan penjelasan oleh dokter Michael. Beliau mengucapkan selamat karena proses operasi berjalan lancar degan hasil baik, trus juga memberikan pengarahan untuk perawatan Ifa hari ini. Tentu saja saya senang mendapatkan dokter yang demikian peduli, tapi pikiran sudah terbang aja ke Ifa. Jadi saya dan suami malah ga komentar apa-apa..hadeh..
  • Kami pun bertemu dengan dokter anestesi dan perawat yang sedang memegang Ifa. Dokter anestesi memberikan penjelasan kondisi Ifa dan meminta kami mendampingi Ifa sampai Ifa sadar sepenuhnya. Disinilah perjuangan menenangkan Ifa terasa sekali. Ifa langsung meronta hebat begitu tersadar. Menjerit sekuatnya meminta agar tutup matanya dibuka. Ifa berhasil menarik lepas tangannya dari saya dan membuka perban matanya. dr. Michael dan perawat buru-buru menghampiri, membantu menenangkan Ifa dan memasang kembali penutup mata. Abis itu Ifa masih meronta dan menolak matanya ditutup. Suami menelungkup di kaki Ifa, saya meliriknya dan nyaris runtuh juga. Setelah ratusan kalimat bujukan dan janji bawa ayah bunda akan mendampingi Ifa hingga akhir, akhirnya Ifa mereda dan hanya terisak, Ifa minta digendong setelah sebelumnya janji nggak akan melepas penutup mata lagi. "Agar Ifa berhenti menangis, bunda baiknya nyanyikan lagu atau berdzikir?" Ifa menggumamkan dzikir di sela isaknya. Saya terharu dan mulai lirih berdzikir. Mulai dari sini Ifa sudah tenang dan mau dipindahkan ke kamar perawatan.
  • Saat kembali ke kamar, Ifa sepenuhnya tenang dengan syarat bunda mesti selalu dipegangi. Kita hanya mengalami kesulitan saat mau memberikan tetes mata rutin setiap dua jam sekali. Selain itu Ifa sangat kooperatif dan sabar. 
  • Siangnya Ifa sempat muntah saat mencoba minum sekitar pukul 1 siang. Setelah itu baru di coba minum sedikit-sedikit.
  • Rabu pagi tanggal 26 November 2015, kita membawa Ifa ke ruangan dr.Michael untuk diperiksa. Dokter menjelaskan tampilan mata Ifa yang terlihat di layar, kemudian dokter memberikan beberapa instruksi perawatan untuk di rumah dan menginformasikan jadwal kontrol. Terakhir bilang kalau Ifa sudah boleh pulang.. Horeeee... 
  • Urusan administrasi RS lancar dan mudah, kita pun pulang dengan bawaan segambreng.. haha.. perasaan dulu bawa 3 tas doang kesini
 Alhamdulillah...
Terima kasih kepada dr.Michael Indra Lesmana SpM yang telah merawat Ifa dengan baik dan mau menjelaskan mengenai kondisi Ifa dengan sabar dan lengkap.
Terima kasih kepada segenap perawat di JTEC yang sabar dan murah senyum, dan mau ikut membujuk Ifa, terima kasih telah membiarkan saya menjadi perawat dadakan yang mengurus Ifa langsung.
Terima kasih kepada Kak Atya, untuk telah menjadi putri bunda yang dewasa, telah mandiri saat ditinggal bunda ke RS, yang mau bersabar menghadapi adek Ifa. Percayalah kak, kakak sungguh meringankan beban bunda, menggembirakan bunda dan membuat bunda bangga. 
Terima kasih kepada adik ipar tersayang Cei dan suami dan Dek Azand yang mendampingi kami selama ini.
Terima kasih kepada mamak Atya dan Ifa yang berusaha ke RS meski sakit.
Terima kasih kepada segenap keluarga besar yang mendampingi, baik langsung maupun via wa,bbm, tlp, fb dan sms.
Terima kasih kepada bapak, Ibu dan teman-teman di BPLHD DKI Jakarta, telah menyemangati kami dan mendampingi di sepanjang perjalanan operasi ini. Terimakasih kepada Bu Chitra, Pak Marno, para atasan dan teman-teman di Divisi TBS BNI untuk doa dan dukungannya.
Trima kasih pada teman-teman SAT yang mendampingi saya, trima kasih telah bersedia menenangkan tangis sedih dan meredakan galau yang tidak bisa saya  ungkapkan di rumah untuk menjaga perasaan mama. Maafkan jika lagu 'Matamu' Titi DJ sementara kita hapuskan dulu dari playlist yah..
Maaff.. lagi sensi abisss.

Terima kasih kepada teman-teman wedding organizer, catering, pelaminan, music dan teman-teman mc, mohon maaf tidak saya sebutkan satu persatu. Kehadiran teman-teman di kamar Ifa membawa kegembiraan dan kehangatan.

Terima kasih juga kepada teman dan kerabat yang telah mengucapkan doa dan dukungan via facebook, mohon maaf tidak bisa kami jawab satu persatu, tapi kami sungguh bahagia dan merasa diringankan.

Mohon maaf jika saya tidak bisa menghubungi langsung dan menceritakan masalah Ifa ke kerabat, sahabat dan adik-adik sejak awal masalah mata Ifa diketahui. Saya takut jika bercerita akan meruntuhkan ketegaran yang susah payah dipertahankan. Teriring maaf jika komunikasi pasca operasi juga tidak lancar karena masih fokus merawat Ifa.

Tapi sungguh, di balik semua kesedihan ada rasa syukur karena telah didampingi segenap keluarga besar dan teman-teman. Saya sungguh sangat berterima kasih.
Semoga Allah SWT membalas kebaikan semuanya dengan pahala berlipat ganda..
Aamiin.

Sementara waktu Ifa akan menggunakan penutup mata dulu sebagai tindakan preventif dari gerakan refleks memegang mata.
Saat rumah lagi diramaikan dengan kedatangan teman-teman mc dan juga teman dari kantor suami, saya tiba-tiba ingat penjelasan dokter tentang mata Ifa yang sementara waktu akan kabur dan akan silau jika menerima cahaya terang.
I : Ifa
B : Bunda

B : "Ifa apakah bisa melihat bunda dengan jelas sekarang?"
I : "Bisa Nda, Ifa senang sekarang bisa lihat mata Bunda."
B : "Maksud Ifa?"
I : "Iya Nda, Ifa bisa lihat mata Bunda."
Saya langsung sesak nafas.
B : "Maksud Ifa dulu mata bunda tidak terlihat?"
Ifa mengangguk.
Mata saya berlinang.
B : "Jadi sekarang Ifa bisa lihat mata Bunda?"
Ifa mengangguk.
Ketegaran saya runtuh, tapi masih ingat untuk menahan tangis biar tidak dilihat mama.
Saya tanya lagi..
B : "Dulu Ifa lihat apa saja di wajah bunda?"
I : "Ifa bisa lihat mulut dan hidung Bunda."

Duhai... saya belum pernah merasa seperih ini. 
Duka yang saya alami belum pernah menikam sesakit ini.

B : "Ifa bisakah lihat wajah ayah dengan jelas?"
Ifa menggeleng.
Ya Rabb... 
Sungguh besar kelalaian saya merawat Ifa. Meskipun iya sih selama ini Ifa terlihat normal dan baru ke-detect sekarang.
Tapiii....

Beberapa menit kemudian saat saya masih terpuruk sedih, Ifa  kembali berujar:
I : "Bunda, ternyata wajah kakak cantik ya Nda."
Saya menahan diri agar tidak meraung sedih.
I : "Ternyata kakak Tya mirip sekali dengan Ifa ya Nda."
Saya memeluk Ifa erat.


Saya penasaran bagaimana bisa Ifa beraktivitas seperti kakak, bahkan ikut aktif di kegiatan petualang cilik seperti saya ceritakan di sini dan di sini  atau mengikuti camping di Parigi
Jawaban Ifa membuat saya sedih plus takjub.
"Kan Ifa bisa lihat kaki kakak Nda, Ifa bisa ikuti.

B : "Jadi saat Ifa traveling sama bunda, Ifa gak lihat banyak Nak?"
Ifa menggeleng.
I : "Jika nanti mata Ifa pulih, Ifa mau bunda ajak jalan-jalan kemana untuk pertama kali?"
B : "Ke Semarang ya Nda!" seru Ifa riang.
Ini kita mesti colek Atuk Inuar dan nenek nih Nak...

Malam harinya saat ayah mengantarkan teman-teman ke pintu pagar. Ifa meminta agar dibelikan kue opera yang dibelikan ayah saat ulang tahun bunda kemaren. Menanggapi keheranan saya, beginilah jawaban Ifa:
"Ifa suka dengan kue opera yang kemaren itu Nda, sekarang Ifa ingin lihat bentuk kuenya seperti apa."
Hiks..

Comments

  1. shanty / nita ex bcc9 January 2016 at 13:48

    kalau Allah sdh kasi kepercayaan buat kasi momongan ke aku, pengen rasanya belajar komunikasi ke anak sama ka eci... semangat ifa.. kamu py bunda yg luar biasa pasti kamu ga akan kekurangan apapun nantinya... anak baik.. anak cantik... mudah2an Allah selalu bersama kamu.. salam sayang...

    ReplyDelete
    Replies
    1. nita dear.. kelak Nita bakal jadi ibu yang hebat juga. Kita belajar sama2 ya..

      Trimakasih tlh ikut mndoakan Ifa Dek..

      Delete
    2. nita dear.. kelak Nita bakal jadi ibu yang hebat juga. Kita belajar sama2 ya..

      Trimakasih tlh ikut mndoakan Ifa Dek..

      Delete
  2. Bunda Ifa kalo boleh tau biaya operasinya abis brp ya? Anak saya juga ada kataraknya, mau tau estimasi biayanya. Terimakasih

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kondisi anak bisa berbeda2 ya, semoga ini hanya jadi kisaran kasar aja. Op mata kmrn itu 23 juta, dgn situasi ganti lensa mata dan rawat inap dua hari

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

life is never flat

17 Agustus bersama Playschooling Tomat

Cerita Ramadan 2024 - Hari Ketiga