Kala Ifa Berdoa



Kemaren sore, Ifa tengah bermain di halaman ketika angin sore berhembus kencang, udara yang awalnya kering serta merta sejuk. Saya memanggil Ifa untuk segera mandi sore, namun Ifa masih asyik menengadah melihat awan yang sedikit demi sedikit menggelap.
"Ifa menunggu hujan dulu Nda."
"Hujan masih belum akan turun Nak, setidaknya tidak dalam beberapa menit ini, bagaimana kalau Ifa mandi aja dulu.
Ifa menoleh enggan
"Ifa mau hujan turun Nda."
"Maukah Ifa berdoa pada Allah memohon hujan turun?"
Wajah Ifa cerah dalam sekejap.
Tapi lalu manyun kembali.
"Ifa belum bisa berdoa Nda." Tuturnya dengan wajah sedih.

Saya lalu menuntunnya berdoa dalam bahasa Indonesia.

Ifa akhirnya mau juga diajak mandi. Setelah beberapa saat di dalam bak mandi, harusnya udah dong ya mandinya, tapi Ifa ngambek nggak mau keluar bak.
"Ifa menunggu hujan Nda, biar nanti lanjut main hujan di luar."
"Kita tunggu lima menit ya, jika hujan belum turun kita akhiri mandinya ya."
Ifa mengangguk meski keliahatan sekali wajahnya enggan.

Hujan memang tidak jadi singgah di daerah kami, meskipun di bbm status/postingan facebook teman-teman, rata-rata menceritakan perihal hujan yang turun.
Sedihnya..

Ifa pun keluar dari bak mandi dengan duka.
"Ifa kan sudah berdoa Nda, kenapa hujannya gak turun."
Saya menjelaskan sebisanya, entah Ifa bisa memahaminya ataua tidak.

Kemudian saat menjelang tidur, saya teringat lagi obrolan dengan Ifa ini dan merasa geli. Bagaimana bisa Ifa berfikir bahwa sepotong doa terbatanya akan segera dikabulkan seketika.
Eh tapi...
Bukankah saya juga suka seperti ini, berharap dan berdoa segala sesuatu berjalan seperti yang saya inginkan, lantas berkeluh kesah kecewa jika tidak terwujud. 
Nyata sudah nasehat saya tadi ke Ifa adalah nasehat untuk kami berdua. Makasih Ifa, sudah memberikan bunda pelajaran penting malam ini.

Comments

Popular posts from this blog

life is never flat

17 Agustus bersama Playschooling Tomat

Cerita Ramadan 2024 - Hari Ketiga