Pagu

Assalamualaikum,

Tiba-tiba teringat tentang pagu, ini pagu dalam artian loteng yah, bukan batas pengajuan kredit di bank.
Saya pengen nulisin lebih lanjut tentang pagu yang kini sudah jarang saya lihat dan malah hampir ga pernah menyebut kata pagu lagi. Kepikiran aja kalau anak-anak besar nanti, ga akan melihat orang memanfaatkan pagu lagi. Kelak saat Atya dan Ifa besar dan menemukan blog ini, semoga bisa ngebayangin pagu itu seperti apa.


Saya sendiri hanya menemukan pagu di rumah nenek, itupun rumah nenek yang lama sebelum renovasi. Pagu ini sama dengan loteng, dibuat dengan kokoh sehingga bisa digunakan untuk menyimpan barang-barang. Seperti halnya fungsi gudang sekarang ini. Pagu akan diisi barang sesuai dengan kebutuhan rumah tersebut. Pagu bisa untuk pengimpanan barang-barang rumah tangga dan juga bisa untuk menyimpan hasil panen yang sudah dikeringkan. Saat musim panen padi datang, pagu akan penuh terisi dengan berkarung-karung padi yang sudah kering sempurna setelah dijemur berhari-hari. Ketika panen kopi selesai, biji kopi pun disimpan sementara di pagu.

Saya juga melihat nenek menyimpan kasur di pagu. Ketika saya datang, nenek akan menggelar sejumlah kasur di lantai hingga memenuhi ruangan, biar saya bisa jungkir balik di kasur sepuasnya.
Nulisin kenangan ini membuat mata berlinang.
*kangen nenek
huhuhu...

Saya sendiri senang turun naik ke pagu dengan menggunakan tangga, berasa naik ke menara apa gitu.. :p
Tapi itu sebelum nenek menjerit cemas, karena pagu di rumah nenek lumayan tinggi dan tangga kayu yang disandarkan ke pagu gampang sekali bergeser.

Dari sekian banyak penggunaan pagu, momen yang paling saya kenang adalah saat di rumah nenek ada pesta pernikahan adik papa. Waktu itu pagu dikosongkan dan dibersihkan. para tetangga menggelar tikar di atas pagu.
Horeeee bisa jejingkrakan bebas di pagu!
Etapi kemudian ibu-ibu tetangga kembali membawa gulai berpanci-panci banyaknya, lalu menyusul kue-kue dan semua makanan untuk pesta pindah ke atas pagu. Batal sudah kemungkinan guling-gulingan di atas pagu.
*manyun

Pada hari pernikahan, saat tamu lagi duduk di dalam rumah, piring berisi makanan satu persatu diturunkan secara estafet.
Kedengarannya biasa banget ya..
Tapi waktu itu keren banget, atau mungkin karena yang lihat adalah mata balita yang serba kagum dengan segala hal. Yang jelas ingatannya membekas sekali.
Satu persatu piring penuh makanan turun berpindah dari tangan satu ibu ke ibu lainnya secara teratur, untuk berikutnya dihidangkan di hadapan tamu.
Ini adalah jenis pemandangan yang jarang-jarang saya lihat. Bahkan kayaknya hanya satu kali ini kejadiannya.

Saya sudahi saja posting kenangan ini ya, terimakasih sudah berkenan membaca :)

Comments

Popular posts from this blog

17 Agustus bersama Playschooling Tomat

Buka Puasa Part 2 di Komala Hadi, Bersama Sanggar Tari Syofyani

life is never flat