Sama Saja

Assalamualaikum,

Temans, saya pengin share tentang nasehat mama. Kali ini nasehat mama melibatkan mba penjahit pakaian dekat rumah.

Ceritanya, baju lebaran yang kami beli kemaren sedikit kegedean dan kepanjangan, sehingga perlu dikecilin sisi kiri kanan-nya dan dipendekin juga sedikit. Nah biasanya mas yang tukang jahit keliling bisa dengan gampang dan cepat menyelesaikan jahitan ini, tapi ini sudah berminggu-minggu mas ini menghilang. Semoga mas tukang jahit ini sehat walafiat ya, mungkin dianya lagi pengen aja menjelajah ke wilayah baru.

Balik ke kisah di rumah mba penjahit tadi, setelah ukur-ukur baju selesai, saya menanyakan kapan kira-kira akan selesai bajunya.
Mba nya tersenyum "Minggu depan ya Mba, Senin atau Selasa ya, jahitan saya banyak, saya kadung janji yang ini selesai cepat."
Mba ini menghela nafas.
"Ya beginilah saya bisanya mba, saya mah bisanya menjahit saja. Beda kan sama Mba dan suami Mba, saya suka liat Mba kalau pergi bekerja."

hmm.. belum tau aja kalau saya setengah mati pengin banget daftar kursus menjahit.

Mama yang menanggapi.
"Pekerjaan apapun itu sama saja Mba."
"Loh sama gimana, ya beda lah."
Ini sih sebenarnya panjang lagi jawaban dari mbak-nya... tapi ya kira-kira gitulah ya.


But mama said pekerjaan apapun, menghasilkan sebanyak apapun, ya sama saja, karena ujung-ujungnya adalah untuk memenuhi kebutuhan. Kebutuhan itu sendiri, seiring meningkatnya gaya hidup, maka kebutuhan hidup pun meningkat berbanding lurus. Besarnya kebutuhan ini juga kembali lagi ke diri kita masing-masing.

Tentu saja ini berdasar pengalaman mama dan sebenarnya pengalaman saya sendiri. Saya mengalami tinggal di gubuk satu ruangan berdinding papan yang pelan-pelan ditambah sayapnya sedikit untuk kamar amat mungil milik saya, dan ditambah lagi sedikit untuk dapur. Saya mengalami kisah berjalan kaki berkilo-kilometer untuk sekolah, dan kemudian sepulang sekolah harus mengembala kambing dan bekerja di sawah hingga petang menjadi gelap sempurna, hingga padi bahkan sudah samar terlihat. Saya ingat saat-saat mama kreatif mengolah singkong pengganti makan menjadi pizza warna warni sehingga kami yang masih kecil melahap semuanya dengan nikmat. Mama sendiri, jangan ditanya, mengalami keadaan yang lebih 'perih' dibandingkan saya.

Tapi sungguh kami bahagia saat itu.
Saya bahagia tinggal di rumah mungil yang dikelilingi bunga dan aliran air bagai musik setiap saat.
Saya bahagia bisa melihat hijau rumput saat saya berlari bersama anak-anak kambing yang lucu.
Kebutuhan kami kala itu tidaklah banyak, tidak ada keperluan nonton bioskop, tidak ada keperluan beli pulsa untuk berlangganan internet :) Memang benar ada saat-saat sulit, tapi bisa diatasi meski penuh usaha. Kenangan indah masih jauh lebih banyak dibanding masa-masa muramnya.

Kini, dengan saya memiliki penghasilan sendiri, dan mama juga memiliki uang pensiun, saya rasa kami berdua telah bertambah berpuluh kali lipat kebutuhannya. Kami telah pergi jauh sekali dari rumah mungil penuh bunga itu. Kami kini memiliki beberapa hal yang perlu diselesaikan, ah ya minimal kini terasa perlu dicukupkan.

Ucapan mama ditujukan ke mba penjahit, tapi tak urung saya tertohok. Trimakasih mama..

Pada akhirnya toh sama saja.
Jika kita berpegang pada kata: qonaah, merasa cukup.

Comments

Popular posts from this blog

life is never flat

17 Agustus bersama Playschooling Tomat

Cerita Ramadan 2024 - Hari Ketiga