Beliau adalah Ayah ASI yang Hebat

Berhati-hatilah, postingan berikut mungkin rada membosankan, ini saya tuliskan biar kelak Atya dan Zifa mengerti betapa berartinya peran ayah di awal-awal usia mereka.
Jadi nih ya.... mengenai memberikan ASI, jauh-jauh hari sebelum melahirkan saya dan suami bertekad untuk memberikan hanya ASI selama 6 bulan kemudian tetap ASI + makanan pendamping hingga dua tahun.
Mengingat lingkungan yang sungguh ngga pro-ASI, maka bagi saya, dukungan suami amat penting. Meskipun lingkungan mendukung ASI misalnya, tanpa suami yang memberikan support, segalanya jadi hambar.

Nah, suami ngga baca buku tentang ASI, ngga follow akun-akun twitter terkait menyusui *secara dianya emang engga punya twitter : p
Tapiiiiii..saya ngga bisa komplain juga, karena beliau adalah pejuang ASI yang kadang rada lebay, secara kemana-mana suami selalu bilang bahwa bayi kami adalah anak ASI *dengan amat bangga* :)). Trus suami juga yang sibuk mempersiapkan properti untuk ASI perah saat saya sudah hampir kembali ke kantor. Kemudian saat ada yang menyuruh agar kami segera memberikan makanan untuk bayi sebelum usia 6 bulan, suami juga yang dengan senyum membela bahwa hanya ASI saja untuk bayi before 6 bulan...

Dukungan terbaik yang saya terima adalah saat saya hamil Zifa dengan usia Atya yang baru 5 bulan. Saya tetap menyusui Zifa, karena dengan riwayat kehamilan saya yang sebelumnya tidak bermasalah, semestinya saya bisa tetap berikan ASI untuk Atya. Sementara nyaris semuanya melarang menyusui kala hamil. Yang ASInya beracun-lah, ada yang bilang ASI sudah berubah menjadi darah *serem amit yak..*
Suami yang bisa membuat saya bertahan bisa menjalaninya dengan senyuman.

Okay... suami mungkin ngga ikutan menyusui ya bo... tapi dukungan suami yang bisa membuat istri bisa menyusui bayi dengan lancar. Coba aja, kalo lagi bermuramdurja, ASI langsung seret khan..
perhatian-perhatian kecil dari suami itu penting... hal sederhana seperti membelikan makanan kesukaan, semisal memijit punggung, membantu menghandle bayi biar istri bisa istirahat sejenak... itu sungguh bernilai.

Untuk saya pribadi, mungkin karena proses menyusui yang saya alami demikian lama, dimana Atya berlanjut dengan Zifa, maka kadang iya saya akui kalo saya lelah memerah ASI di kantor, kadang capek sudah tiga tahun lebih kehilangtan waktu tidur karena menyusui dan memerah ASI malem-malem, maka disini peran suami amat berarti.

Semoga kelak Atya dan Zifa mengingat, bahwa cerita ASI untuk mereka bukan hanya kisah bersama bunda, tapi ada peran ayah yang besar didalamnya.

Trims dear suami... *hugs*

Comments

Popular posts from this blog

life is never flat

17 Agustus bersama Playschooling Tomat

Cerita Ramadan 2024 - Hari Ketiga