Uang hari raya untuk anak-anak, terasa rada kurang sesuai dengan konsep saya tentang uang. Sejauh ini, Atya, Ifa dan Ayi dilatih untuk hanya meminta pada Allah dan ayah bunda saja. Bahkan pada nenek yang punya pensiunan pun, mereka tidak boleh minta apa-apa. Untungnya nenek paham bahwa saya tengah mengajarkan prinsip penting. Jadi nenek bisa mengerti kenapa anak-anak ngga pernah minta uang atau dibeliin sesuatu.
Yaaa ada lah satu kali nenek gusar, saat di toko buku tetap saja anak-anak menolak dibelikan. Padahal itu adalah tempat dimana mereka biasa diijinkan leluasa belanja. Tapi saya minta nenek terus bertahan untuk tidak ngasih uang. Sebab insya Allah anak-anak tahu kalau nenek itu sayangnya setinggi gunung, tanpa perlu belikan apa-apa.
Konsep bahwa anak meminta pada Allah, merupakan upaya saya mengajarkan anak bahwa Allah Maha Kaya. Bahwa kita ini terbatas kemampuannya namun Allah lah yang maha segalanya. Harapannya ini bakal membawa mereka lebih dekat pada Allah, dan memiliki pembawaan yang tenang. Saat ada yang belum kesampaian dibeli, mereka bisa bersabar dulu sampai ada keleluasaan untuk memenuhinya. Nah untuk perkara memjemput rezeki, udah beda lagi ntar wejangannya.
Alasan berikutnya, asli hanya modus belaka. Saat mereka masih kecil, saya pengen agar saya saja yang jadi sumber keuangan mereka. Agar saya jadi punya kesempatan untuk ngebahas financial planning. Ketika anak-anak ingin sesuatu, saya jadi bisa obrolin seberapa butuh kita pada hal tersebut. Malah jangan-jangan ngga butuh sama sekali, tapi sekadar pengen doang.
Kebiasaan ini jadi berasa makin penting saat belanja online menjadi opsi belanja mudah. Anak-anak bisa melihat etalase yang lucu-lucu dan berasa pengen dibeli aja semuanya.
Jangankan anak-anak, bahkan orang tua yang mestinya udah punya pengalaman belanja pun bisa mudah tergoda..heuheu..
Seiring mereka makin besar, obrolan ini lantas dikaitkan ke dampak lingkungan. Karena setiap barang yang dibeli, bakalan ada masa pemakaiannya. Kita lalu akan diskusikan konsep reduce, reuse, replace dan repair, demi menjaga lingkungan. Misalnya saat Ifa mau menghadiri acara dengan dreascode tertentu, Ifa tidak mesti beli outfit baru. Tapi bisa dengan melongok ke lemari bunda dan meminjam high heels punya kakak.
Pada prakteknya, ini gampang ngajarinnya, dengan cara meminta mereka melihat ke barang-barang yang sudah ada. Kalau kita beli yang baru, yang lama akan dikemanakan. Ini biasanya 80% kita akan batal beli. Namun saat niat belanja diurungkan, itu sepenuhnya atas pemahaman dan keputusan bersama.
Selain agar tidak kebablasan belanja, saya juga ingin agar anak-anak terjaga kemuliaannya. Saya khawatir jika terbiasa meminta-minta, anak-anak akan berakhir di dua situasi. Entah akan jadi ngegampangin urusan karena mudah banget dapat uang atau sesuatu. Atau malah kecewa karena keinginannya tidak terpenuhi.
Balik ke hari raya, ini jadi berasa ketemu tantangan. Panduan khas keluarga perkara uang jadi agak tergoncang, karena anak-anak mendapatkan uang secara langsung. Apalagi karena kita berada di tengah keluarga besar, anak-anak biasanya mendapat cukup banyak uang.
Uang dari uda Arma di lebaran tahun lampau bahkan sempat ditolak Ayi, "Ngga usah uda, sudah ada banyak uangnya."
Heuheu..
Untuk menyikapi situasi ini, ada pasal berikutnya dalam keluarga kami. Bahwa setiap kita ini, sebab kelemahan dan kekurangan diri, bisa khilaf dan salah mengambil keputusan. Maka perlu partner berpikir. Minimal biar ngga fatal amat kalau salah. Kami lalu mencontohkan bahwa ayah dan bunda adalah partner yang saling mengingatkan. Lalu bagi anak-anak, partner minta pertimbangannya bisa ke ayah atau bunda.
Jadi meski punya uang sendiri, namun dengan landasan tadi, maka perlu minta masukan.
Jadinya setiap kali mudik, dan anak-anak dapat uang, semua uang lembaran baru itu akan berakhir di pouch besar bunda. Pouch ini terbagj dalam 3 kompartemen sesuai anak. Uang Atya akan mengalir ke online shop, untuk belanja printilan outdoor gear. Uang Ifa akan stay di dompet bunda agak lama entah sampai kapan, karena Ifa belum tahu uangnya untuk apa. Ini akan bergabung dengan uang penghasilan Ifa dari jualan gelang dan keycharm dari manik-manik.
Sementara Ayi, meminta agar uang raya tahun ini, tahun lalu, dan dua tahun yang lalu, semuanya digabung untuk membeli Sylvanian Family Playset. Untuk yang terakhir ini, sepertinya akan berat dan sulit diskusinya, hiks. meminta pada Allah dan ayah bunda saja. Bahkan pada nenek yang punya pensiunan pun, mereka tidak boleh minta apa-apa. Untungnya nenek paham bahwa saya tengah mengajarkan prinsip penting. Jadi nenek bisa mengerti kenapa anak-anak ngga pernah minta uang atau dibeliin sesuatu.Yaaa ada lah satu kali nenek gusar, saat di toko buku tetap saja anak-anak menolak dibelikan. Padahal itu adalah tempat dimana mereka biasa diijinkan leluasa belanja. Tapi saya minta nenek terus bertahan untuk tidak ngasih uang. Sebab insya Allah anak-anak tahu kalau nenek itu sayangnya setinggi gunung, tanpa perlu belikan apa-apa.
Konsep bahwa anak meminta pada Allah, merupakan upaya saya mengajarkan anak bahwa Allah Maha Kaya. Bahwa kita ini terbatas kemampuannya namun Allah lah yang maha segalanya. Harapannya ini bakal membawa mereka lebih dekat pada Allah, dan memiliki pembawaan yang tenang. Saat ada yang belum kesampaian dibeli, mereka bisa bersabar dulu sampai ada keleluasaan untuk memenuhinya. Nah untuk perkara memjemput rezeki, udah beda lagi ntar wejangannya.
Alasan berikutnya, asli hanya modus belaka. Saat mereka masih kecil, saya pengen agar saya saja yang jadi sumber keuangan mereka. Agar saya jadi punya kesempatan untuk ngebahas financial planning. Ketika anak-anak ingin sesuatu, saya jadi bisa obrolin seberapa butuh kita pada hal tersebut. Malah jangan-jangan ngga butuh sama sekali, tapi sekadar pengen doang.
Kebiasaan ini jadi berasa makin penting saat belanja online menjadi opsi belanja mudah. Anak-anak bisa melihat etalase yang lucu-lucu dan berasa pengen dibeli aja semuanya.
Jangankan anak-anak, bahkan orang tua yang mestinya udah punya pengalaman belanja pun bisa mudah tergoda..heuheu..
Seiring mereka makin besar, obrolan ini lantas dikaitkan ke dampak lingkungan. Karena setiap barang yang dibeli, bakalan ada masa pemakaiannya. Kita lalu akan diskusikan konsep reduce, reuse, replace dan repair, demi menjaga lingkungan. Misalnya saat Ifa mau menghadiri acara dengan dreascode tertentu, Ifa tidak mesti beli outfit baru. Tapi bisa dengan melongok ke lemari bunda dan meminjam high heels punya kakak.
Pada prakteknya, ini gampang ngajarinnya, dengan cara meminta mereka melihat ke barang-barang yang sudah ada. Kalau kita beli yang baru, yang lama akan dikemanakan. Ini biasanya 80% kita akan batal beli. Namun saat niat belanja diurungkan, itu sepenuhnya atas pemahaman dan keputusan bersama.
Selain agar tidak kebablasan belanja, saya juga ingin agar anak-anak terjaga kemuliaannya. Saya khawatir jika terbiasa meminta-minta, anak-anak akan berakhir di dua situasi. Entah akan jadi ngegampangin urusan karena mudah banget dapat uang atau sesuatu. Atau malah kecewa karena keinginannya tidak terpenuhi.
Balik ke hari raya, ini jadi berasa ketemu tantangan. Panduan khas keluarga perkara uang jadi agak tergoncang, karena anak-anak mendapatkan uang secara langsung. Apalagi karena kita berada di tengah keluarga besar, anak-anak biasanya mendapat cukup banyak uang.
Uang dari uda Arma di lebaran tahun lampau bahkan sempat ditolak Ayi, "Ngga usah uda, sudah ada banyak uangnya."
Heuheu..
Untuk menyikapi situasi ini, ada pasal berikutnya dalam keluarga kami. Bahwa setiap kita ini, sebab kelemahan dan kekurangan diri, bisa khilaf dan salah mengambil keputusan. Maka perlu partner berpikir. Minimal biar ngga fatal amat kalau salah. Kami lalu mencontohkan bahwa ayah dan bunda adalah partner yang saling mengingatkan. Lalu bagi anak-anak, partner minta pertimbangannya bisa ke ayah atau bunda.
Jadi meski punya uang sendiri, namun dengan landasan tadi, maka perlu minta masukan.
Jadinya setiap kali mudik, dan anak-anak dapat uang, semua uang lembaran baru itu akan berakhir di pouch besar bunda. Pouch ini terbagj dalam 3 kompartemen sesuai anak. Uang Atya akan mengalir ke online shop, untuk belanja printilan outdoor gear. Uang Ifa akan stay di dompet bunda agak lama entah sampai kapan, karena Ifa belum tahu uangnya untuk apa. Ini akan bergabung dengan uang penghasilan Ifa dari jualan gelang dan keycharm dari manik-manik.
Sementara Ayi, meminta agar uang raya tahun ini, tahun lalu, dan dua tahun yang lalu, semuanya digabung untuk membeli Sylvanian Family Playset. Untuk yang terakhir ini, sepertinya akan berat dan sulit diskusinya, hiks.
Comments
Post a Comment