Posts

Showing posts from 2025

Kala Mama Membawa Sekantong Jeruk

Waktu itu hari raya Idul Fitri, dan keluarga besar tengah berkumpul di kampung, termasuk Papi dan Mami yang saat itu masih tinggal di komplek Harapan Jaya, Bekasi Saat pergi keliling silaturahim di Sialang, Papi mengambil rantang yang berat dari tangan Mami. Pada POV Papi yang separuh masa remaja dan lanjut bekerja di Jakarta, ini adalah hal yang sudah semestinya. Memang begitu adanya, aaat istri membawa bawaan berat, suami gercep membantu. Apalagi jalanan di Sialang kala itu belum seperti sekarang ini. Lagipula kami bakalan jalan kaki dengan jarak lumayan jauh. Mami sekalian juga menyerahkan totebag besar yang isinya entah apa saja. Papi dengan gembira membawa semuanya dan kami kembali lanjut berjalan sambil menikmati udara pegunungan yang sejuk. Tapi kedamaian seperti itu hanya berlanjut kurang dari satu menit saja. Tante saya yang lain, sepupu dari pihak Apa, berteriak kaget. Kami juga jadinya ikutan kaget, bingung dengan apa yang terjadi. Tante saya tadi itu, segera meraih rantang ...

Kala Atya-Ifa dan Ayi Punya Banyak Uang

Uang hari raya untuk anak-anak, terasa rada kurang sesuai dengan konsep saya tentang uang. Sejauh ini, Atya, Ifa dan Ayi dilatih untuk hanya meminta pada Allah dan ayah bunda saja. Bahkan pada nenek yang punya pensiunan pun, mereka tidak boleh minta apa-apa. Untungnya nenek paham bahwa saya tengah mengajarkan prinsip penting. Jadi nenek bisa mengerti kenapa anak-anak ngga pernah minta uang atau dibeliin sesuatu. Yaaa ada lah satu kali nenek gusar, saat di toko buku tetap saja anak-anak menolak dibelikan. Padahal itu adalah tempat dimana mereka biasa diijinkan leluasa belanja. Tapi saya minta nenek terus bertahan untuk tidak ngasih uang. Sebab insya Allah anak-anak tahu kalau nenek itu sayangnya setinggi gunung, tanpa perlu belikan apa-apa. Konsep bahwa anak meminta pada Allah, merupakan upaya saya mengajarkan anak bahwa Allah Maha Kaya. Bahwa kita ini terbatas kemampuannya namun Allah lah yang maha segalanya. Harapannya ini bakal membawa mereka lebih dekat pada Allah, dan memiliki pe...

Kala Sahur, dan Segelas Kopi yang Tidak Manjur

Pukul tiga dinihari, sekelompok remaja laki-laki di lingkungan rumah kami, akan berkeliling. Segala macam bunyi-bunyian serempak memecahkan keheningan penghujung malam. Diikuti oleh teriakan "sahuuuuur" yang lantang bergema di tiap gang. Saya lebih suka dibangunkan dengan cara begini. Kadangkala saat badan terlalu lelah, tangan entah kenapa refleks mematikan alarm di hp dan kembali menarik selimut. Tapi suara anak-anak yang berkeliling, sungguh susah untuk diabaikan. Biasanya saya akan bergegas turun, dan langsung mengeluarkan bahan makanan dari kulkas. Setiap sahur, saya memang memasak setidaknya tiga jenis makanan tapi dalam jumlah sedikit agar tidak mubazir. Biar anak-anak bisa menikmati sahur dengan gembira karena ketemu makanan yang berbeda dengan berbuka. Aslijyq ini engga sebegitu susah. Bahkan untuk saya yang tidak handal memasak ini.  Dengan kekuatan food preparation sebelum Ramadan, proses memasak jadi jauh lebih cepat. Saat jelang Ramadan, saya meminta keempat putr...