Suara yang Kelak Akan Dirindukan
Tetiba kangen menulis kegiatan sehari-hari.. perasaan belakangan nulisnya yang rada berat-berat terus. Saya juga sudah lama banget tidak menceritakan kegiatan anak-anak di rumah.
Jadi keingat menulis harian, dengan awalan "dear diary" hahaha..
Beberapa bulan ini rumah kami sedang direnovasi, yang akhirnya mempengaruhi ritme kegiatan kami sekeluarga.
Bulan kemaren kami sudah kembali lagi ke rumah, karena lantai 2 sudah bisa ditempati. Sementara tim tukang masih terus mengerjakan lantai 1 dan rooftop. Maka keseharian kami akrab dengan suara-suara ASMR khas pertukangan.
Suara potong keramik sih hanya sesekali saja..karena ternyata ada dong alat yang memotong keramik semudah motongin kertas. Cukup sekali klik, keramik yang keras banget itu segera terpotong sempurna. Saya sampai takjub ngeliatnya.. hihi.. maklum saya awam dengan dunia pertukangan. Jadi rasanya amazed aja jika ada alat yang sedemikian memudahkan. Sesekali tetep ada sih ngiiiing suara potong keramik. Itu terjadi kalau tukang mau masang keramik pada bentuk yang aneh-aneh kayak di pojokan yang segi tak beraturan.
Selain sesekali suara motong keramik, ada suara palu, suara sret-sret tukang yang yang melapisi dinding dengan plester, suara tangga yang digeret dan juga suara burung.
Iyah..
Suara burung.
Soalnya ada salah satu tukang yang bawa dua ekor burung ke sini.
Keberadaan tukang ini mempengaruhi ritme. Pagi hari jam 7 saya akan membuatkan seteko teh lalu diantarkan ke lantai bawah. Oiya sementara wqktu saya memakai ruangan yang bakal jadi musholla menjadi dapur darurat. Nantinya sih masak-masak di lantai bawah. Tapi sementara pakai ruangan yang ada dulu. Pagi hari kesibukan saya yang tiada tara itu pun dimulai.
Pertama saya memastikan kedua putri yang sekolah sudah dapat materi, link zoom dan beres segala sesuatunya. Lalu memastikan bayi mandi, makan dan punya mainan yang seru.
Setelah itu saya lalu mulai menyiapkan makan siang. Mulai dengan preparation dulu, lalu ditinggal untuk main dulu dengan baby Ara.
Setelah kakak selesai belajar, dan bisa mengambil alih aktivitas main dengan bayi. Saya berderap ke dapur, dan bertempur bersama wajan dan sutil, agar bisa menghasilkan makan siang untuk sekitar 12 orang.
Aslinya sih tukang yang bekerja 8 orang saja, tapi sengaja dilebihkan in case suami pulang makam siang dan bawa teman makan siang pula.
Habis masak, saya main bareng anak-anak sembari memastikan mereka menuntaskan pelajaran hari itu. Terus tidur siang, terus main lagi, terus beberes rumah, hingga jam 3 sore saat saya bikin seteko kopi untuk pak tukang.
Sore merupakan saat yang melelahkan karena saya akan menemukan seluruh lantai 2 diselimuti debu dari pekerjaan di lantai 1. Dan juga dari atas sana, karena bagian rooftop belum dipasang pintu dan jendela.
Rumah kami sibuk, riuh dengan berbagai suara dan lelah dengan ragam kegiatan. Tapi saya tahu kelak saya akan merindukan keriuhan hari ini. Itu sebabnya saya bahagia sepanjang hari. Sibuk bekerja sembari menikmati setiap detik yang berlalu.
Comments
Post a Comment