Her First Book

Dalam dunia literasi yang luas ini, saya ngga memberikan tips apa-apa pada anak selain jadi panutan. Saya percaya anak-anak akan mengamati tiap perilaku dan kebiasaan saya sehari-hari. Saya juga berdoa agar anak-anak akan mengambil hal baik dari saya dan kemudian tumbuh menjadi anak yang lebih baik, lebih tangguh dan lebih keren lagi dari bundanya ini. 

Dalam hal membaca, anak-anak paham banget betapa saya sangat mencintai buku. Mereka tahu bahwa saya rela bekerja keras dan menabung agar dapat membeli buku yang diinginkan. Juga mereka tahu saya membaca buku dalam jumlah yang banyak, demi menuntaskan rasa penasaran yang berkejaran. Dan mereka tahu banget saat saya panik ketika buku-buku yang disimpan sementara renovasi rumah, terancam dimamam tikus... 
Huwoo... 
Itu sih asli saya sudah membayangkan yang engga engga. Kebayang buku yang digerogoti dan tidak bisa dibaca lagi. Terus kebayang betapa susahnya mencari lagi buku- buku yang merupakan panduan, semacam buku fiqih, buku hadist, dan lain-lain. 

Lalu saya menulis.
Sebagian besar berupa curhatan ketimbang menulis berdasarkan riset yang proper. Tapi anak-anak paham bahwa saya serius dengan perkara tulisan ini. Bahwa apa yang kita tulis, mestilah baik, benar, mengandung manfaat dan membawa kita pada level kemuliaan yang lebih tinggi. 

Deretan buku antologi yang saya ikuti membuat anak sulung rada tercolek. "Kakak juga pengen nulis buku Nda." Ujarnya di suatu sore. Kala kang paket baru saja menghantarkan buku antologi yang baru selesai cetak. Saya tersenyum namun di dalam hati bersorak, dan berucap syukur. 

Ketika ada kesempatan saya lalu mendaftarkan kakak di kelas antologi anak asuhan teh Riska. Ini keputusan yang tepat. Kakak menikmati proses belajarnya dan mencintai proses menulisnya. Ia bercengkrama dengan wawasan baru dan bergembira mempraktekkan setiap ilmu yang didapat. Terkadang ia tersesat dalam belantara kata, namun ia mendapatkan banyak pembelajaran yang menarik. 

Hingga akhirnya datanglah momen menulis buku itu, saat ia perlu merangkai kata dalam jumlah yang panjang dan runtut. 
Kakak mengatasinya dengan nyaman. 

Tapi tulisannya di-decline dongg.. haha.. gegara tidak selaras dengan tema. Tantangan kedua ini rada berat, tapi kakak berhasil. Alhamdulillah.. 

Saya bangga. Alhamdulillah.. 



Comments

Popular posts from this blog

Cerita Ramadan 2024 - Hari Ketiga

Cerita Ramadan 2024 - hari keempat, tentang anak-anak yang berlarian di masjid

Cerita Ramadan 2024 - Hari Kedua