Memasak dengan Cinta

Saya masih ingat dooong komentar Apa ke saya kalau saya lagi masak. Pas bagian masak cabe goreng, Apa pasti nyuruh Mama gantiin saya. Jadi saya masak lauknya doang, tapi pas goreng cabe giling, itu giliran mama. Waktu kecil itu pokoknya cabe yang digoreng mama terasa lebih enak. Saya ngga juga mikirin kenapanya. Pun saya juga ngga pernah mengupayakan agar saya bisa memiliki kemampuan kayak mama. Memasak bagi saya di masa kecil adalah tugas sehari-hari. Sehingga masakan saya adalah hasil dari penyelesaian tugas belaka. 

Baru setelah besar ini saya paham bahwa memasak adalah menghadirkan cinta dalam sepiring masakan. Segenap prosesnya melibatkan pemikiran yang menyeluruh dan juga niat tulus demi menghadirkan masakan yang terbaik bagi keluarga tersayang. 

Mulai dari memikirkan menu. Ini saja sudah merupakan langkah penuh pertimbangan. Saya teringat adegan di serian Jewel in Palace, drama korea tentang tim masak di istana. Diceritakan bahwa mereka dilatih memasak sesuai keadaan raja atau keluarga kerajaan atau tamu yang disuguhkan. Semisal kalau rajanya sedang sakit tertentu, maka masakan menyesuaikan. Atau jika kondisi fisik tamunya menghendaki diet tertentu, maka ragam bahan dan cara memasak pun menyesuaikan. Bukan itu saja. Pas ada pemilikan kepala dapur, lombanya melibatkan jenis kompetisi masak nasi. Yang menang adalah dayang yang mampu mengenali preferensi tingkat kepulenan nasi teman-teman yang saat itu jadi jurinya. Keren banget khan. 

Dari situ saya jadi paham betapa urusan masak menjadi sebuah misi yang sangat spesial. Ia melibatkan perhatian yang engga main-main. Ia memerlukan sebuah penelitian yang serius. 

Setelah saya jadi ibu, saya lalu berada di titik itu. Saya paham setiap jenis masakan yang dibutuhkan dan disukai, saya tahu teknik masak yang seperti apa yang jadi favorit anak-anak. Dan juga jadi tahu perkara memasak sambalado.

Ini merupakan ilmu crucial bagi orang Minang, secara masakan balado merupakan bagian yang tidak boleh diabaikan begitu saja. Inilah hasil pengamatan saya terhadap proses memasak cabe goreng. Disclaimer: setiap koki rumahan pasti punya cara yang berbeda. Oiya.. saya juga selalu pakai cabe keriting.

  • Cabe merah keriting bisa berbeda tingkat kepedasannya, biasanya yang kecil-kecil akan lebih pedas. Maka jika yang ada di warung sayur cabenya kecil, maka patut dipertimbangkan jumlahnya. 
  • Gunakan api sedang selama memasak, kalau bisa sih menggunakan wajan besi sehingga panasnya lebih stabil. Tapi yaaa saya sih udah lama juga ngga lihat wajan besi. Terakhir adanya di rumah nenek... Haha.. 
  • Aduk cabe giling terus menerus agar uap dari cabe terus menguap dan membawa segenap aroma langu. 
  • Kadangkala saya menumis tomat iris terlebih dahulu sampai tomatnya agak hancur dan minyak goreng berpadu dengan air dari tomat, baru kemudian dimasukan bawang merah dan cabe. Ini membuat cabe terasa lebih nyaman bagi anak-anak saya. Dalam kata lain pedasnya jadi lebih bersahabat. Soalnya rasa tomat jadi lebih dominan. 
  • Kadangkala saya menumis tomat utuh, cabe utuh dan bawang merah selama beberapa menit. Baru kemudian semuanya dituang ke batu giling. Setelah diulek halus, baru digoreng kembali dengan api kecil. Entah kenapa saya merasa cara ini membuat cabe lebih enak dan wangi. 
  • Jika hendak memakai jeruk nipis, masukan sesaat sebelum api dimatikan. Ini membuat rasa segar dari jeruk tetap terasa setelah masakan dipindah ke piring. 
  • Actually ada banyak resep sambalado di khasanah masakan Minang. Dimana tiap resepnya punya trik sendiri-sendiri. Yang saya tulis ini hanyalah tips menggoreng cabe untuk masakan balado. 
Jika memasak merupakan ungkapan cinta, terusss gimana kalau yang ngga bisa masak? 

Tenang.. saya juga sebenarnya ngga jago masak. Bahkan mau bikin gulai aja, saya perlu lihat contekan.. hahaha... 

Cinta tentu saja tidak selalu berwujud masakan. Ada kalanya kita order makanan saja, sementara cinta tertuang dalam perhatian bebikinan prakarya sekolah yang sungguh rumit nian.. haha.. 


Comments

Popular posts from this blog

life is never flat

17 Agustus bersama Playschooling Tomat

Cerita Ramadan 2024 - Hari Ketiga