Yang Pergi Tidak Kembali
Saya memiliki sahabat di masa kuliah, El namanya. Kami akrab sejak awal-awal masa perkuliahan. Dia adalah sahabat yang tahu segala hal tentang saya, bahkan tentang isi dompet pun ia akan tahu. Soalnya kami kerap berbagi sisa isi dompet di penghujung kiriman uang. Lebih seringnya sih saya yang mengadukan banyak hal ke El. Ia adalah sahabat saya yang tangguh. Pendiam mungkin bagi banyak orang, tapi sahabat yang meramaikan hati bagi saya. Kebersamaan kami bermula di pagi hari, saat makan lontong pical bersama di Pasar Baru. Kemudian bersama-sama pula naik bus kampus ke gedung kuliah nun jauh di atas bukit. Terkadang jam kuliah kami berbeda, karena kami beda jalur studi, tapi saat makan siang kami akan kembali bersama. Seringnya juga pulang bersama-sama. Kami akan mampir makan tahu brontak dan es rumput laut di simpang Pasar Baru. Lalu setelah kenyang menyeberang ke tempat peminjaman komik dan novel. Beberapa saat berikutnya, setelah selesai mencatatkan buku pinjaman, kami pergi ke kost n