Pada Hari Rabu, Jumat dan Minggu

Saya menyukai hari Rabu, Jumat dan Minggu, dengan alasan tertentu. Pada ketiga hari favorit tersebut, saya akan keluar kamar lebih awal. Apabila di hari biasa saya kerap menunggu terang sembari gegulingan dengan buku di tangan. Maka pada ketiga hari tersebut, saya akan segera sibuk di area dapur dan ruang tengah. Jika pada hari lain, saya tidak ada beban apa-apa selain melewatkan pagi yang nyaman, pada tiga hari tersebut, saya bergegas mengemasi sampah-sampah di rumah kami. 

Rabu, Jumat dan Minggu adalah jadwal pengambilan sampah di RT kami. Setiap warga akan membawa keluar kantong-kantong sampah dan menaruhnya di depan rumah. Keluarga besar bisa menaruh dua kantong sampah besar. Akibat banyaknya residu pemakaian rumah tangga. Namun keluarga kecil bisa jadi hanya punya sekantong kecil sampah. Demikian juga bagi keluarga yang sudah mengelola sampah dengan baik di rumah. Sampah kardus, plastik, dan logam bisa dipisahkan untuk dibawa ke bank sampah. Lebih keren lagi jika bisa dimanfaatkan di rumah menjadi barang berdaya guna lainnya. Kardus-kardus bisa jadi bahan kerajinan tangan. Baju bayi yang tidak lagi dipakai, bisa dijahit menjadi selimut yang nyaman, atau tentu saja selalu dihibahkan kepada yang memerlukan. Lalu sampah B3 semacam botol cairan pembersih sudah harus dipisahkan dari sampah rumah tangga lainnya. Sampah B3 ini kudu di-recycle dengan benar atau serahkan saja ke bank sampah jika memang belum leluasa berkarya mengolah sampah. Lalu sampah organik dari dapur, seperti sisa potongan sayuran bisa dijadikan kompos.

Tentu saja melaksanakan komposting sendiri bakalan nambah kerjaan ibu-ibu yang emang asalnya udah segunung itu. Tapi apabila mengingat dampaknya pada lingkungan, maka nambah kerjaan beberapa menit buat ngurus kompos, bakal terasa ringan. Percaya deh.. Sebab aktivitas komposting efektif sekali mengurangi volume sampah dan juga menghasilkan pupuk yang bagus untuk tanaman. Apalagi sebenarnya komposting bisa disesuaikan dengan kondisi lahan dan kesibukan kita. Jika punya lahan yang rada luas, bisa pakai metode keranjang buah. Namun jika ruangannya minimalis kayak di rumah saya, bisa pakai metode takoyaki. Banyak sih metode mengolah kompos yang lain, tinggal search di google dan praktek. Hal terakhir ini sih yang berat biasanya. Haha.. perlu strong why yang kuat dan kegigihan mencapai tujuan. 

Anyway, pada hari Rabu, Jumat dan Minggu, saya merasa lega karena rumah bebas sampah. Melihat tempat sampah yang kini bersih zonder sampah, rasanya satisfying sekali. Meski tidak berapa lama setelah itu, bakalan ada sampah baru lainnya. Hiks.. 

Tapi perasaan lega bebas sampah (meski sesaat) itu rasanya menyenangkan banget. Mungkin demikian juga dengan pikiran kita. Andai sampah-sampah pikiran rutin tiap hari dipilah, diberesin plus dituntaskan, betapa leganya. Kita jadi bisa berangkat tidur dengan pikiran yang lapang. 

Comments

Popular posts from this blog

life is never flat

17 Agustus bersama Playschooling Tomat

Cerita Ramadan 2024 - Hari Ketiga