Kisah Kaki yang Lelah

Namanya toko buku Sari Anggrek. Ia terletak di ujung jalan Permindo, di tengah keramaian kota Padang. Jalan Permindo sendiri adalah jalur favorit mahasiswa dan anak muda pada umumnya. Di sana ada berbagai toko pakaian, kebutuhan jarian, warnet, salon dan juga toko buku dan stationery. Di antara semuanya, toko Sari Anggrek yang paling memikat saya. Setidaknya saya akan mampir sekali sepekan, untuk membeli keperluan alat tulis dan juga melihat-lihat buku bacaan menarik. 

Ketika itulah saya paling meras merana. Sebab koleksi bukunya ingin sekali saya pindahkan ke kamar kost an kecil. Minimal saya ingin membawa sepelukan buku ke rumah. Dan kemudian menghabiskan malam dengan menenggelamkan kepala di balik lembaran buku. Tapi dengan kantong mahasiswa pas-pasan seperti saya, itu tentulah hanya impian belaka. In fact, saya tidak pernah membeli buku apa-apa. Semasa kuliah, saya hanya membaca buku-buku perpustakaan kampus dan perpustakaan daerah. 

Akan tetapi tak urung saya melanjutkan hubungan hate-love relationship itu. Saya mencintai buku, tapi membenci fakta bahwa saya tidak sanggup beli buku. Hiks..

Perasaan nelangsa itu menetap hingga saya selesai kuliah. Ketika itulah sebuah tekad menggumpal, bahwa saya akan mengakhiri perasaan merana terhadap buku-buku impian tak tergapai itu. 

Bahwa saya akan bekerja sekuat tenang sehingga saya bisa membeli buku yang saya sukai dengan rentang waktu berpikir 10 menit saja. 

Ini yang kemudian jadi salah satu alasan kenapa saya kuat berpisah dari kenyamanan orang tua dan kemudian menyerahkan diri pada masa-masa tidak dapat cuti lebaran.. huhuhu.. juga salah satu alasan saya tidak banyak belanja baju dan perhiasan. 

Kelak ketika saya sudah memiliki uang lebih dari kebutuhan sehari-hari, takdir menempatkan saya dengan lucu. Bahwa kost an saya berada tidak jauh dari toko besar. Betapa menariknya fakta itu. Ketika saya pulang bekerja, lalu menumpangi metromini 15 atau 16, saya sudah berada di depan mall. Saya tinggal menuju toko buku dan menghirup atmosfer yang selalu saya cintai itu. Kemudian setelah memilih satu atau dua buku, saya bisa berjalan kaki ke rumah. Untuk kemudian menghabiskan sisa hari bersama buku-buku. 

Oh tentu saja, pilihan bekerja dan alokasi gaji tidak semata tentang buku. Ada banyak perkara penting lainnya. Tapi saya jadi yakin bahwa sesuatu yang disukai bisa jadi pendorong yang besar. Menyukai sesuatu hingga sedemikian dalam bisa mendatangkan energi yang luar biasa. 

Kiranya demikian pula terhadap semua urusan. Bahwa passion pada sesuatu akan membuat kita menemukan cara untuk meraihnya. 

Dalam konteks kisah saya, kaki yang pegal saat berdiri lama saat membaca buku, tergantikan oleh kaki yang lelah saat bekerja. Hanya bedanya, di akhir hari, saya bisa memiliki rasa lega dan syukur, karena telah berupaya sekuat yang saya bisa. 

Comments

Popular posts from this blog

life is never flat

17 Agustus bersama Playschooling Tomat

Cerita Ramadan 2024 - Hari Ketiga