Kaji Lama yang Senantiasa Relevan

Perkara larangan Apa, yang paling utama bagi saya adalah larangan ngomongin orang. Ini berkaitan pula dengan larangan tidak boleh main ke rumah tetangga. Larangan yang akhirnya mewarnai karakter. Andai saya ditemui saat duduk menunggui pesawat yang delay sekian jam. Saya hanyalah calon penumpang yang menumpas jemu dengan menenggelamkan wajah pada sebuah buku. Atau mungkin menatapi hirup pikuk di kejauhan sembari pikiran melayang entah kemana. Saya bukanlah orang yang akan senyum dan menyapa ramah seorang yang duduk tidak jauh dari saya dan kemudian mengajaknya ngobrol. Bahkan andai ada yang menyapa saya duluan, ada kemungkina 60 % bahwa saya akan menjawab sekadarnya lalu kembali pada kedalaman buku, atau melayang bersama lamunan. 

Saya terlalu sering sendirian, tanpa ngegosip dengan teman atau tetangga. Larangan Apa terlalu kuat mengikat. Sebab saya tahu niat baik di sebalik larangan yang sulit itu. Betapa tidak. Lingkungan tempat tinggal saya sungguh sangat komunal. Dimana segala hal merupakan ranah yang bisa dimasuki masyarakat sekitar rumah, bahkan satu kampung. Perkara siapa membeli apa, atau ternak siapa yang memakan tanaman siapa, semua dibahas mendetil. Dan semua merasa berhak memberikan saran yang mumpuni. Belum lagi kultur kedai kopi, dimana para bapak berdialektika. Lalu tepian tempat ibu-ibu berkumpul menyelesaikan cucian sembari berdiskusi seru tentang segala hal. Mulai dari hal rmeeh temeh, hingga perkara pelik yang seharusnya dikerjakan para menteri. Segalanya dibahas dengan berapi-api. Kampung saya hidup dengan banyaknya kisah-kisah yang berpilin di sepanjang hari. 

Pada semua keseruan obrolan itulah, saya ditarik keras. Pantang bagi Apa melihat saya membicarakan orang lain. Dan sungguh marah Apa jika mendapati saya demikian. Saya tahu ini sulit, sebaik saya tahu bahwa ini cara yang benar. 

Pada awal dan akhirnya saya berusaha manut, sekuat tenaga. 

Well.. ada kalanya saya lupa.

Hiks.. 

Apa sudah berpulang 11 tahun lamanya tapi kaji lama, pesan Apa tetap relevan hingga kini. Di saat saya tidak perlu lagi main ke rumah tetangga untuk julid pada seseorang. Perkara mencampuri urusan orang telah terletak di ujung jemari. Perkara menghina dan melabeli seorang yang tidak disuka telah lebih mudah daripada mencari jilbab dan masker. Dan malangnya ada banyak media untuk membicarakan orang. Terlalu banyak media yang dulu bahkan Apa tidak kebayang bakal ada. Apa telah berpulang, sebelum android ditemukan. Sayang sekali lagi bahwa kini ada banyak waktu yang terluang. Sebab saya tidak perlu 2 jam lagi untuk mencuci. Tinggal 5 menit sampai 10 menit saja untuk mengoperasikan mesin cuci. Lalu saya bisa 'mampir ke halaman tetangga' via kekuatan smartphone. 

Untungnya.. alhamdulillah.. petuah Apa terlalu melekat. Bahwa membicarakan orang lain sungguh sebuah hal yang tak berguna dan mengandung keburukan semata. Semoga Allah melapangkan Apa karena pendidikan istimewa ini, tentang sebuah kaji yang melampaui kisi waktu.


Comments

Popular posts from this blog

life is never flat

17 Agustus bersama Playschooling Tomat

Cerita Ramadan 2024 - Hari Ketiga