Renovasi, Rencana-rencana dan Rindu

Renovasi rumah sudah hampir selesai. Ada satu pekerjaan utama dan beberapa printilan lagi. Namun saat ini sudah nyaman untuk ditinggali. Kami sendiri sebenarnya sudah kembali dari kontrakan ketika lantai 2 sudah bisa hampir selesai. 


Rumah yang dicat serba putih ini terasa kosong. Meskipun kami telah nyicil beli beberapa furniture, seperti lemari pakaian anak-anak. Sementara kursi tamu dan lemari buku akan tetap pakai yang lama. Karena kondisinya masih sangat baik. 


Ada beberapa perlengkapan yang sudah dipesan, tinggal menunggu jadi. Seperti kitchen set dan lemari di bawah tangga. Demikian juga dengan saung dan green house di rooftop sudah masuk ke pembahasan dengan para tukang. 


Sementara itu saya menginginkan beberapa hal lain yang bukan utama tapi saya butuhkan keberadaannya. Saya menginginkan playground untuk baby Ara yang butuh ruang bergerak yang spesial. Ia butuh memanjat, berayun dan meluncur. Maka saya menginginkan sebentuk struktur dari kayu dan temali yang memungkinkan bayi lincah ini aktif sepanjang hari. Saya membayangkan Ara akan memanjat tali lalu meluncur, atau berayun dengan riang. Atau sekadar naik lebih tinggi. 


Lalu di ujung lantai dua, saya memikirkan reading nook yang nyaman untuk Atya dan Ifa. Dimana mereka memiliki bean bag, dengan meja kecil tempat menaruh buku bacaan dan setoples makanan. Juga dilengkapi lampu dengan penerangan yang cukup untuk membaca. 


Saya juga memikirkan betapa anak-anak akan suka jika memiliki rak dinding yang dulu saya miliki saat remaja. Dimana saya menaruh barang-barang kecil buat pajangan, kadang bunga kering atau boneka kecil. 


Belum lagi jika saya naik ke lantai tiga, dimana lantai luas belum terisi apa-apa. Selain tumpukan sisa bambu dan baja ringan. Semua belum dirapikan hingga kelak semua pembangunan ini rampung dikerjakan. Disinilah saya pikir akan ada saung dengan atap berbahan ringan, lalu ada green house tempat saya bercocok tanam. Saya butuh rak tanaman, rak media tanam dan pupuk, juga rak untuk laci kompos. Saya juga akan memerlukan struktur untuk menanam tanaman rambat. Dan diatasnya mungkin akan butuh waring agar 

sinar matahari tidak terlalu banyak menerpa dedaunan.

Saya membayangkan juga akan ada bale-bale, tempat saya berisitirahat sejenak setelah menjemur cucian. Juga tempat saya duduk di kala senja seraya menikmati aroma bunga. Saya menginginkan itu semua. Hanya saja sayang saya tidaklah ahli dalam pertukangan. Padahal sederhana saja mestinya. Karena di toko kayu, kita bisa beli kayu dengan ukuran yang kita inginkan. Yang diperlukan sesampai di rumah hanyalah memaku semua komponen. Tapi segalanya itu hanya ada dalam angan saya belaka. Tanpa ada daya untuk mewujudkannya dalam bentuk yang lebih kongkret. Mungkin saya memang tidak berbakat dalam hal pertukangan. 

Dalam situasi ini saya teringat almarhum Apa yang bisa membuat segalanya dari awal. Beliau telah membuat rumah, segala furniture seperti lemari, meja, rak piring dan segala bentuk tempat penyimpanan. Beliau bahkan bisa membuat rebana dan segala kerajinan tangan lainnya. Andaikata Apa masih ada, beliau akan membuatkan segala apa yang ada di angan saya ini. Hiks.. tapi beliau tidak ada. Saya hanya merindukannya seraya menduga-duga apakah darah seorang tukang kayu juga saya warisi. Mengingat tak hentinya saya memikirkan segenap properti kayu ini. 

Comments

Popular posts from this blog

life is never flat

17 Agustus bersama Playschooling Tomat

Cerita Ramadan 2024 - Hari Ketiga